DDHK
News, Hong Kong — Jika Anda sering mendengar kisah miring tentang BMI Hong
Kong, yuk kita kenali mereka lebih dekat dari segi positifnya. Bayangkan,
dengan segala aktivitas pekerjaannya yang seabrek, dari mulai berbelanja,
memasak, mengatur menu harian, hingga mengantar anak sekolah, mereka masih bisa
berprestasi mengukir nama harum bangsa. Setidaknya, mereka berusaha menjadi
pribadi positif yang tangguh.
Seperti
kisah kawan kita kali ini. Berawal dari hobinya make up, design busana, dan
modelling, BMI HK asal Sumbermanji Malang bernama Anis Sholicha ini dapat
menuai berkah lewat kegemarannya tersebut. Mungkin sebagian kawan BMI HK ada
yang telah mengenalnya. Wanita kelahiran 23 Maret 1986 ini pernah meraih Juara
3 dalam ajang Miss Kartini.
Awal
merantau ke Hong Kong melalui PT Mitra Sinergi Sukses Malang, dengan job menjaga
anjing sejak September 2009 sampai sekarang. Ia menjadi BMI karena ingin
membantu mengurangi beban orang tua. Apalagi setelah 5 tahun sebelumnya bekerja
di Singapura tapi merasa gagal.
Ia
merasa belum mempunyai bekal yang cukup untuk bekerja di Indonesia. Setelah 3
bulan istirahat di rumah, ia mencoba mengadu nasib ke Hong Kong, mesti keluarga
dan saudara kurang menyetujui karena banyak contoh teman-teman kita membawa
budaya mereka di Hong Kong yang tidak sepantasnya di bawa ke tanah air, seperti
pakaian dan dandanan.
Beberapa
bulan di HK, Anis kenal dengan teman-teman perkumpulan perpustakaan di Victoria
Park. Di situ akhirnya Anis memulai aktivitas libur yang hanya dua kali
sebulan, kadang juga sekali saja, sebagai penjual busana Muslimah.
Dari
situ Anis berdandan dan mencoba meng-copy kreasi jilbab dari
katalog. Dari kebiasaan itu, banyakcustomer yang ingin berkerudung
seperti Anis.
“Selain
berjualan busana Muslim, saya juga suka mengkoleksi kebaya, waktu ada
kesempatan ikut fashion show dalam acara Kartinian yang di
adakan oleh Sanggar Budaya KJRI,” kata Anis.
“Saat
itu saya tampil dengan kreasi serba pribadi. Dari daftar, dandan, kreasi
jilbab, dan busana, bahkan ke tempat fashion show pun tanpa
satu pun teman. Pada dasarnya saya orangnya suka sendiri, hehehe…”
“Alhamdulillah,
saya mendapat Juara 2 untuk busana dan Juara 3 untuk gelar Miss Kartini,”
lanjutnya. “Kemudian ada beberapa dari mereka yang ingin di make up oleh
saya dalam acara fashion show.”
Anis
bersyukur, mesti tanpa belajar dari seorang guru, hasil karya uniknya
menghasilkan kepuasan bagi mereka. Akhirnya banyak juga permintaan berjilbab.
Kursus berjilbab pun ia adakan di Victoria Park saat liburan.
“Kalau
kegiatan makeover banyak dari mereka yang mengenali dari hobi
saya foto-foto dengan gaun-gaun yang saya miliki,” katanya.
Kini
Anis berencana membuka kursus make up di Hong Kong sebelum pulang ke tanah air.
“Meski di Indonesia sebenarnya tinggal jalan saja, tapi kasihan teman-teman
yang minta kursus make up di sini. Mungkin dari situ saya juga
bisa memberi semangat dan masa depan buat mereka,” tuturnya.
Untuk
kursus berjilbab, Anis mematok biaya mulai dari HK$70 lebih, tapi di antara
peserta ada yang tidak ikut dalam pertemuan langsung melainkan belajar melalui
DVD hasil rekaman Anis . “Biaya 250 dalam 4 pertemuan satu bulan sekali dan
dapat DVD.”
Penghargaan
yang ia dapat sebagai juara 3 Miss Kartini tahun 2011, juara 2 kategori busana
muslim modern, juara 1 kebaya modern yang diselenggarakan Mustika Ratu, Telkom,
dan Apa Kabar, lalu juara harapan 2 kategori kebaya modern dari Amanah.
“Saya
hanya ingin mengikuti kata hati, dengan niat dan bekal ilmu agama yang
diberikan orang tua. Insya Allah dari situ saya ‘gak akan ikut-ikut golongan
yang membuat orangtua khawatir. Sebuah pergaulan bebas, mencintai sesama jenis
alias lesbian, ataupun mungkin hal berpakaian. Insya Allah saya mampu menjaga
diri saya dan orang-orang terdekat,” paparnya.
Anis
berharap, teman-teman BMI HK dapat menggunakan waktunya sebaik mungkin.
Menurutnya, di HK, selain uang, kita dapat beribadah dan menuntut ilmu, juga
kita membutuhkan untuk modal nanti kita pulang.
“Uang
bukanlah segalanya. Hidup ini perjuangan. Apa yang kita tanam hari ini kita akan
menuainya kelak. Perjuangan takkan pernah sia-sia, apalagi berpegangan pada agama
Islam. Insya Allah.” (Rima Khumaira/ddhongkong.org).*
Posting Komentar