Di Tengah Syirik, Klenik dan Pemurtadan
Hatta, seorang Ustadz yang sering syiar dakwah di kalangan Buruh Migran Indonesia, tiba pada satu opini bahwa Hong Kong bertahan di tengah terjangan taifung, lautan maksiat, kekufuran sekalipun adalah disebabkan masih banyak orang saleh. Mereka para penyembah Allah Swt, taat dan kuat sekali dalam hal memegang teguh keyakinan.
Dan mereka tak lain tak bukan adalah
para BMI muslimah berasal dari Indonesia!
Dalam satu dasawarsa terakhir, tercatat
ada berbagai macam kumpulan majlis taklim berlahiran di negerinya si Jackie
Chan. Organisasi keislaman ini lebih dikenal dengan sebutan Holaqoh.
Jika Anda berkesempatan mampir di Masjid
Ammar Wanchai, maka Anda akan melihat para muslimah dengan busana apik dan
anggun berseliweran. Tiap hari ada kajian Islam, artinya tiap hari pula ada
Holaqoh.
Usah heran jika kita bisa mendengar
suara merdu sedang melantunkan ayat-ayat suci Al Quran, menggema ke seantero
Masjid Ammar di negeri dengan masyarakat hedonis, serta kebanyakan
warganegaranya tidak beragama itu.
Sungguh tergetar hati dan menimbulkan
perasaan yang sangat mengharu-biru serta syukur tiada berujung. Demikianlah
setidaknya yang saya rasakan tiap kali memasuki bangunan megah di lantai tiga,
tempat sholat untuk perempuan.
Holaqoh Senin, Selasa, Rabu, Kamis,
Jumat, Sabtu dan Minggu ini semua ada ketuanya, dan tentu pula ada anggotanya.
Islamic Union Hong Kong adalah nama
organisasi Islam yang mengayomi mereka. Para pemuka agama berasal atau
keturunan Arab, Pakistan,
Bangladesh
dan Mesir berkumpul di sini.
“Holaqoh yang tergabung di Mesjid Ammar
Wanchai, ada pembinanya yakni Ustadz Muhaemin,” kata Mbak Poniyem, ketua
Holaqoh Jumat yang mengundang saya pada acara tasyakuran ulang tahunnya ke-6.
Maksudku, ulang tahun Holaqoh Jumat,
bukan ulang tahun perempuan 40-an yang murah senyum itu.
Kali ini, mereka lesehan di pinggir
lapangan Victoria
pada Jumat yang teduh, setelah taifung 8 berlalu.
Siang menjelang petang itu hawanya
sejuk. Angin selatan menghembus perlahan, kadang terdengar bagaikan nyanyian
Tiongkok, menebah dedaunan dan kerimbunan pohon di sekitar kami.
Burung-burung dara tenang saja
beterbangan, tidak bisa dihitung dengan jari, puluhan atau mungkin ratusan.
Tiada sesiapapun yang berani mengusik hewan-hewan lucu itu. Meskipun mereka
secara bergantian menghampiri kami yang duduk melingkar, tertib sambil menyimak
tausyiah Ustadz Muhaemin.
“Kayaknya burung-burung dara itu
pejantan semuanya, ya. Habiiiis, senang banget datang lagi, datang lagi ke
tengah kita,” cetusku tak tahan berkomentar, ketika mereka sempat sibuk
menggebah kawanan burung dara.
“Mending beri mereka makanan, ayo, kasih
nasi tumpengnya,” usul Mbak Poniyem yang memakai nickname Novi Ummaya di akun Facebook-nya,
mengambil nama putrinya.
Acara tasyakuran berjalan dengan hidmat,
dilanjutkan potong tumpeng. Tak lupa ada sesi tilawahan dan sholawat Nabi.
Sesekali ada polisi laki dan perempuan
yang mereka sebut; Pakde dan Bude itu, melintas dan tersenyum ramah ke arah
kami.
Saya pun dipersilakan memberikan
motivasi. Seperti biasa, saya selalu bersemangat mengajak mereka untuk merekam
jejak dalam wujud karya. Ya, inilah sastra perlawanan yang paling tepat untuk
BMI Hong Kong.
Mbak Retno Uswatun, ketua Holaqoh Sabtu
juga tak hendak kalah mengundang saya. Mereka berkumpul di lantai 3 Mesjid
Ammar Wanchai. Ketika saya datang bertepatan dengan pemilihan ketua baru.
Saya ikut menyaksikan prosesi pemilihan
ketuanya yang jurdil. Serius nian, difasilitasi oleh Ustadzah Mimi, adiknya Ustadz
Muhaemin. Akhirnya masih terpilih Mbak Retno Uswatun sebagai ketuanya.
Karena kedatangan saya kali ini bersama
kru film dokumenter sponsor Kemenminfo, jadilah acara tersebut masuk dalam
syutingan Rhino dan Weldy.
Tampak alami saja, karena memang bukan
pengadegan, melainkan sudah menjadi rutinitas mereka bershalawat.
Ini baru Holaqoh yangt ada di Mesjid
Ammar Wanchai. Belum lagi dengan Holaqoh lainnya yang tersebar di berbagai
sudut negeri beton. Seperti taklim harian di kawasan Mesjid Kowloon
Park, bersama Mega
Vristian yang rajin sekali menggerakkan aktivitas jamaahnya.
Subhanallah, walhamdulillahi Allahu
Akbar!
Melihat kesungguhan BMI dalam hal
menuntut ilmu dan perjuangan memegang teguh keyakinan, setidaknya hati ini
serasa agak lega.. Dalam pemahaman saya yang awam, inilah salah satu upaya,
perjuangan syiar dan dakwah Islam dalam mengantisipasi gerakan pemurtadan dari
agama tertentu, dan semarak syirik serta klenik.
Salam perjuangan, saudariku! (Causeway
Bay-HK)
@@@
Posting Komentar