Scene
01 - Senjahari
I
ni
spesial dengan sejuta rasa cinta didedikasikan untuk para sahabatku Kompasianer
yang telah membuat hari-hari menjadi tambah bergairah.
Pemeran
seluruh penghuni rumah sehat Kompasiana.
Musik:
lagu-lagu Bimbo, ciptaan Iwan Abdurahman dari kamar Pepih Nugraha.
Buka
Layaaaar….jreeeeng!
Pssst,
ada apaan sih? Penasaran kan? Ayo, simak saja!
Hatta,
Uni Linda, Pak Pray, Admin dan para penulis tamu sudah siap menikmati tayangan
yang satu ini.
@@@
Ketika
itu, senjakala tampak memerah dadu. Ronanya yang terkesan erotis, tersebab
digelinjang oleh Mariska Lubis, setiap malam, setiap jam, setiap menit, setiap
detik, senantiasa.
Sehingga
menyemburat ke mana-mana, mengelus pipi mulus Nathalia, membelai leher halus
Izzah dan Yayat, berujung dalam haribaan Kit Rose, LH, Siska Nanda, Yunika.
Mereka sedang asyik menggunjing perihal Bagindang mendua cintanya dari
Permaisuri Inge.
Suasana
nan damai melenakan taman asri milik Emir, yang diintervensi oleh pasangan
Bagindang dan Permaisuri Inge.
Hatta
Emir lama tak pernah bersua Manini (penulis, ed), di rumahnya yang mepet sawah.
Kabar-kabarinya ia sibuk bernegosiasi dengan Bapaeogi, perihal muktamar
cintanya dengan Rosiy.
Maklum,
keduanya sama-sama mukim di luar negeri, jadi sulit sekali jika tak segera
memproklamasikan cinta sejoli. Namun, entahlah hasil analisa Prof. Nurtjahjadi
tentang satu hal ini. Patut dipertanyakan kepada murid-muridnya; Ivan dan
anak-anak UNJ. Siapa tuh, hayo, ngakuuuu?!
Meskipun
selalu dikompori oleh Cechgentong yang sangat konsen dengan budaya karuhun
uyutnya, serta Omjay yang penuh dedikasi dengan dunia pendidikannya, serta
ditabuh gendang perang (cintanya, ed) oleh Firman Seponada, Zuhdy Tafqihan,
34RS dan Eli Rusli, Yunus Martubongs, dan sang Empu Cawi Setiawan.
Sementara
Hagy Raymond Ryadh, Mukti Ali Dubai, Bisyri Mesir, Saryadinilan Doha, Baron La
Dera Qatar, Tyasantoso Damaskus, Diki Abdi Haikal Jeddah, diam-diam memantau
segala peristiwa, terutama lakon cinta kita di istana Bagindang melalui
videocall, tentu saja dengan laptopnya masing-masing. (Emang laptop Tukul,
yeeey!)
Ketenangan
nan indah itu tentu saja berkat kerja keras Ferdi Xn yang senantiasa menggebah
masyarakat sekitarnya agar cinta lingkungan. Ferdi tak pernah bergeming dari
prinsip hidupnya, visi dan misinya sudahlah sangat jelas serta semangat
juangnya, walaupun selalu diobok-obok oleh gerombolan separatis FTR bersama
gembongnya si Nganu tea (tak usahlah disebut namanya, nanti ngamuk sama dakuw,
weeew!).
Di
satu sudut tampaklah Jaka Sembung baru turun ojek, diiingi gengnya; Kasmin
Karyadi, Hadi Samsul, Zameelvon mbotenan, Kang Ibeng, Jimmo Putra, Rukz, Melok,
Deasy, Damayanti dan banyak lagi, serombonganlah nanti menyusul list namanya.
Nah,
ternyata ada Cinta dan Cincay yang bukan kembaran tapi hobi ngabring bareng bak
kembar siam. Belakangan muncul pula Hani Sentana, entah apanya Edi Sembiring
Sentana, mungkin tetanggaan belaka. Delta sepertinya masihlah jauh di sana,
trauma gara-gara diteror separatis.
Tiba-tiba
kedamaian nan asri itu diguncang oleh teriakan-teriakan heboh dari klinik
cintanya Elha. Semua yang sedang berkumpul di rumah sehat Kompasiana pun
mendadak terguncang. Sepasang mata lansia Yoenoes Fayni, Hasan Usman, Oemar dan
Tandi Skober tampak sampai nyaris meloncat. Bahkan Sang Letkol Ritonga dari
Jambi nyaris membekaskan seluruh isi senapannya!
Sepertinya
semua yang hadir sepakat mengira telah terjadi pelecehan seks oleh Mariska
Lubis terhadap pasiennya. Nyambung gak, ya, nih….mulai kacow kayaknya, hihi.
Sabodo teuing, ah, lanjuuut sajah bleh!
“Ada
apakah gerangan, wahai dunia?” Syam bertanya dalam gaya penyairnya yang sejati.
Di sebelahnya ternyata ada Tantri dan Christine, entah sedang apa mereka
bertigaan di pojokan sana. (Prikititiwiiiiw.dot.com)
Zulfikar
Akbar yang sedang asyik nyufi pun meloncat keluar kobongnya dan berseru:
“Apakah filosofiku selama ini sudah tak mempan lagikah gerangan, demi
perdamaian, wahai dunia?”
Entah
mengapa, dia jadi latah berpetatah-petitih dalam bijak bestarinya. Mungkin
kepingin mengekor Ikhwan Kalimusada yang senantiasa gaduh dengan Polhukam-nya.
(Damai, peace!)
Rusmanaceh
nan jantan itu pun ikut melongok dan berkata sepenuh kharismatik dan romantiknya:”Duhai,
duhai, dunia…. dipatil lele! Aku di sana, aku di sini, siap berbagi butir-butir
ekstasi cinta, sehingga terjadi tsunami asmara nan menggelora…. Bla, bla, bla!”
Uhuuuuy,
ini baru prikititiwiiiiw guedeee buangeettt!
“Yo
olooooh…. Dunia-dunia meregehese nih! Keburu perang duluan, jiaaah, tuh yang
pada nanya ngapa lemot aming?” seru Babeh Helmi dengan gaya Betawi sejati.
Berkata
demikian makhluk yang doyan ngumpet di gambar bocah ngegemesin itu, ternyata,
oh, ternyata sodara, dia sambil mendorong-dorong sebangsa; genderewo,
kuntilanak, jurig iprit jejadian memasuki klinik cinta.
“Elha,
buruan dong nih genderewo gw jerit jengker mulu, gigi-giginya gerowooook!”
jerit Babeh Helmi pula, menggema ke seantero negeri ngocolnya Kompasiana yang
bernama: NN!
Karuan
saja Elha sampai nyureng-nyureng. “Woooi, Babeh Helmi, apa urusanku sama gigi
genderewo? Ini klinik cinta, tauuuk!”
“Aku
di sini, aku menanti,” sayup-sayup terdengar senandung dokter gigi Rustan Ambo
Assse. “Akulah dokter gigi sejati, asli loooh!” Dia tak tahu, kalau di
sebelahnya ada orang yang selalu teriak heboh sakit gusi, Assegaf tea. Xixi.
“Yang
sakiiiit, sini ajaaaaa! Gratis loooh!” seru dokter Dita, tampak tak mau kalah
oleh rekan sejawatnya.
“Jangaaan!
Gak zaman deh, aaargh, pecaya obat melulu. Sini, mendingan juga pake
alternatif, kita cermati auranya dulu, okeee!” LH, entah mengapa tiba-tiba
panas hatinya.
Mungkin
gara-gara sebal lihat Kit Rose yang begitu enerjik menggoreskan pena birunya
dalam buku romantika era globalisasi.
Andy
Dharma pun sama tak sudi dikalahkan para dokter cantik nan betina itu, oppps!
“Tenang-tenang,
saudara-saudaraku setanah air. Nanti juga pada kebagian pasti aku cermati aura
kalian. SBY saja sudah kucermati, apalagi kalian yang deketan begini.
Gratiiiiis, maaaang!” demikian pakar tai-chi itu mempromosikan kebolehannya.
Quda
Saja dan Adi Saja mendadak dangdutan, padahal musik yang terdengar masihlah
Bimbo era 70-an yang disetel perlahan oleh Haji Pepih. Sepertinya di kuping
kedua makhluk bermarga Saja itu musik apapun yang disetel, jatuhnya tetaplah
dangdutan ala Trio Macan: Imarithin, Imagina, Imasaitama.
Hadi
Samsul melotot jengah,mengintip dengan lima jari dibuka lebar-lebar, hehe!
Andrieffendi
mulai gundah-gulana melihat kekacauan di sekitar istana Bagindang. Maka,
tergesa-gesa ia menjambret tangan Jaka Lola dan Minami yang lagi menggoda Winda
Krisnadefa. Gara-gara dikompori oleh Sukron Abdillah, Dwiki Setiawan, Lingga
dan Lintang.
“Buruan
ngaciiiiiir!” ajak Andrie dengan semangat menggembosi, tak ubahnya tingkah si
Ruhut di Pansus Century. Andrie pun tak tahu jika di sampingnya ada Bocahndeso
yang lagi kelimpungan cari-cari urusan seputar mengguritanya Cikeas.
“Mendingan
ikutan dakuuuuuw!” seru Ary Amhir. “Kita sekalian hadang gerombolan FTR di
Timor Barat sana, yuuuuk!”
“Jangaaaan!”
sergah Wawan Supriadi dari balik gunung Tampomas, Sumedang.
Suaranya
yang menggantung itu karuan bikin semua penghuni NN gemes. “Jangan apaaaa…
nyooong?!”
“Jangan
pernah ada yang berani bergerak di sini, ya! Kalau tidak….” Kembali mengambang.
“Yaaa?”
tanya mereka penasaran sekali dengan suara bariton ayahnya Anggi itu.
Maka,
diam-diam dan malu-malu nian, Anies Septivan pun meluangkan nongol dalam
kebisuan nan mistis. Yup! Nongol dikiiiiit, terus ngebelebes lagi deh,
aaarrrggghhh!
Tahu
apa maksud, nanti kita tanya saja kepada Titin Fatimah, ocreeh, lanjuuuut!
“Iya
nih, apa alasanmu, Kang Wawan?” kejar Abuga dan Abdijaya, Eka Siswanto, Bambank
yang menggandeng Galuh Parantri, entah sesiapanya Dhipa Galuh yang belum
bertelor tulisan itu. Kalah oleh Haekal Siregar yang doyan berdebat kusir
dengan Abu Jundullah dkk, nanti nyusul!
“Kalau
tidak, semuanya akan kubebesin di dunia 3D Animasi! Awaaaas!” ancam Wawan, kali
ini sungguh tak main-main. “Penyet-penyet deh situ lu pada!” lanjutnya jadi
latah betawian ala
Babeh Helmi. Maklum, makhluk imut ini pakarnya nularin virus
betawian.
“Ikuuuuuut!”
Izzah dan Nathalia yang selalu kompak, bereaksi keras. Duo makhluk manis ini tak
pernah sudi kalah dengan Dara Petualang, saling berebut kalau mampir di rumah
mewah
Manini. Deu, geer deh gw, komentar si Butet.
Katedra
Rajawen mengkeret ketakutan gara-gara telanjur mejeng judul bombastis.
Lemah-lembut segera dibujuk oleh Imam Subari dengan dukungan Erias beserta duo
Budi; P.Hates dan Bahasoan. Sedangkan Ragile sepertinya masih nguyek-nguyek
urusan The New Rissing Star-nya, disemangati oleh Nien Rozza, Iden Wildensyar
dan Sitihawa.
“Ikut
ke mana?” tanya Laura Khalida pendatang baru. “Gimana kalau ke Karimunjawa
saja, ocreeeh meeen?” ajaknya pula dengan gaya sotoy habis.
“Opss,
jangan ribut, entar jadi ribet,” bisik sohibnya Bundaelly yang ternyata adalah
tetangganya Omjay di Bekasi.
Tantri
Pranashita disusul Ranti Tirta, Janu Dewandanu, Kamandanu dan danu-danu yang
mungkin bakal hadir, suatu hari nanti, buru-buru antri di belakang Laura yang
kini menuding ke arah Yanuardi Syukur. “Buruan ikutan!” serunya nyaris
gelosotan dan jerit jengker.
“Ambu
Kaka ke mana sajakah gerangan dikau?” seketika muncul Manini, terdengar memelas
sekali dalam rindu dendam tak berkesudahnya.
“Woooaaa….
Mingkin lalemooot sajah!” jerit Babeh Helmi, nyaris histeris sambil menendang
kuntilanak di sebelahnya. Ngheeekkkk, broooottt!
Jhon
Brata yang terkenal pemberang, tetapi suka ngebanyol itu akhirnya tampil gagah,
mengangkut genderang perangnya dan berteriak-teriak berang: “Ini dunia sudah
akan perang! Mengapa masih juga perempuan bercerita cinta-cintaan, nostalgilaan
zaman dahoeloe kala?
Kalau mau perang, ya, perangi sajalah itu Bonek.
Brat-breeet, braaat-breeet saja; hajar bleeeh!”
Bagindang
dan Permaisuri yang baru pulang dari tugas mulia, yakni sidak ke seantero
Negeri Ngotjolaria, saling pandang dalam kebisuan yang melenakan. Dian Ayu dari
UNJ cuma bisa mengelus dada, iri juga melihat kemesraan mereka.
Ketika
semua mata memandang ke arah mereka, dalam hati Bagindang bergumam:
“Makhluk-makhluk di negeriku ini sungguh ajaib-ajaib. Sepertinya sudah tiba
saatnya resufle Kabinet….”
Inge
dudul ajaibnya bisa mendengar suara hati Bagindang, kontan bereaksi keras:
“Jangaaaaan!”
“Jangan
apaaaaa?” kompak semua penghuni istana Bagindang berseru, penasaran sekali.
(Hatta, Pak Pray, Uni Linda, Pepih, Isjet serta Admin, Wisnu dan segenap
penulis tamu makin asyik melihat tayangan ini di ruangan khususnya
masing-masing.)
“Demi
Tuhan, Bagindang, Kekasihku, Cintaku, Buah Hatiku, Segenap Matahari
Langitku…
(Wooow!) Jangan ada perang, jangan ada dusta di antara kita!” jawab
Inge, tersipu malu. “Daku ini, meskipun dikau telah menduakan cinta dengan lain
hati, tetapi masihlah cinta setengah mati sama dikau, Bagindang, xixixi….”
“Yup!
Mendingan juga pergiat bercintaan! Segini musim hujan, tarariis kieu teh, nya
Eda!” himbau Mariska Lubis, kumat penyakit ngeseksnya. Di sebelahnya si Manini
manggut-manggut saja kayak burung pelatuk sakit gigi. Uhuuuuy!
Dalam
silang sengkarut kata itulah, sekonyong-konyong dari kejauhan terdengar bunyi;
buuuuum!
Posting Komentar