Sabtu, 15 Desember 2012
Tidak hanya akun pribadi saja yang diserbu oleh para fesbuker dari berbagai golongan. Seolah tidak puas dengan hanya memiliki akun pribadi, maka berselancarlah di grup-grup yang semakin bertebaran.
Memang, tergantung kita sendiri, bagaimana mengolah waktu dan memanfaatkan kecanggihan jejaring sosial berjuluk Facebook ini. Saya menulisnya fesbuk saja, ya, sesuai ujaran bahasa kita.
Apakah kita akan bergabung dan betah di grupnya atau komunitas yang baik dan benar? Komunitas yang tidak neko-neko. Tidak rasis, selalu mengajak perang setiap orang atau porno-pornoan.
Penulis pernah sengaja mengintip berbagai grup yang ada di fesbuk. Adakalanya memang diundang agar menjadi anggota grup. Tapi lebih banyak hanya sekadar berselancar, ingin tahu, mengintip kegiatan mereka.
Ternyata mengejutkan luar biasa, Saudara!
Bayangkan saja, ada grup yang urusannya jualan berbagai alat untuk pemuas syahwat, menambah gairah seks. Bukan hanya jualan, melainkan membahasnya rame-rame. Lengkap sambil saling berkirim foto masing-masing sedang memanfaatkan alat penambah gairah seks tersebut,
Gebleeek nian!
Ngaciiiir deh Manini, gak kuku lihatnya, Cin!
"Mau dong, Bun, linknya," pinta seorang muridku.
Huuusssy, jangan tanya linknya, ya! Sudah kudelet habis, tanpa meninggalkan jejak di laptopku. Maklum, cucuku si Ze sejak umur 3 tahun sudah bisa buka lapi, online dan cari-cari game. Hadeeew!
Ada lagi grup anti Islam, urusannya tak lebih dan tak kurang hanya menistakan Nabi Muhammad Saw. Sempat panas hati dan ghirahku meledak mencapai ubun-ubun. Jadi, tanpa sadar penulis memberi komentar.
Intinya sekadar mengingatkan saja:”Buat apa kalian menistakan Nabi kami?” Eh, ndilalah, mburudul saja, orang-orang sesat “menghajar-bleh” daku. Baik melalui grup tersebut, maupun inbox. Capcay deh, ngabor sajalah!
Lah iyalah, hanya buang-buang enerji sajalah jika kita membalas orang-orang sesat macam itu. Buang waktu gak puguh alias tidak karuan, mendingan juga menulis langsung pada intinya. Kirimkan ke jejaring sosial, media online berpengaruh. Baik di jejaring sosial Tanah Air maupun media online luar negeri.
Lanjuitkan, ya Gan!
Penulis pernah “berperang” dalam arti debat kusir, sendirian melawan dedengkot sebuah grup, didirikan oleh mereka yang mengaku ustad. Tapi percayalah, itu hanya ustad gadungan belaka.
Nah, grup ini awalnya seperti menghimbau massa agar cinta Rasulullah Saw dengan segala ajaran-Nya. Kemudian seorang adminnya yang berjilbab dan sudah gelar Hajjah, tiba-tiba mengundang kopdaran.
Apa yang terjadi dengan kopdaran grup yang selalu menggemborkan:Hidup Sehat Ala Rasulullah ini? Dedengkot ustad gadungannya sekalian buka praktek bekam, pijat terapi. Yang bikin penulis gregetan dan kepingin nabok tuh ustad gadungan, yaitu; bekamnya di depan umum, lapangan, dan sebagian busana pasiennya diangkat ke atas. Innalilahi!
Ada lagi grup emak-emak fesbuker doyan menulis. Ini keren sangat euy. Pengelolanya sahabat dekatku. Dari saat ke saat kegiatan mereka kian berkibar saja. Pengelola grup punya penerbitan sendiri. Jadi, emak-emak doyan nulis dari berbagai pelosok dunia ini sering kolaborasi. Bahkan menerbitkan karyanya sendiri yang difasilitasi oleh pengelolanya.
Bagus, ya, grup keren ini; Ibu-Ibu Doyan Nulis, penulis rekomendasikan!
Grup sastra pun macam-macam. Ada grup Cerpen Indonesia yang dikelola Fanny Jonathans Poyk, grup Forum Lingkar Pena (tanpa embel-embel Indonesia!), grup Santri Menulis, BMI Menulis ini positif dan menabur semangat cinta literasi. Rekomendasi!
Namun, ada juga grup kepenulisan yang harus diwaspadai, Gan!
Komunitas menulis yang doyan mengadakan lomba-lomba menulis. Ternyata setiap lomba menulis dimintai duit, entah buat apa, eh, mungkin buat hadiahnya yang menang. Okelah, masih tidak masalah!
Yang bikin grup jadi negatif dan liar di mata penulis adalah aktivitas sampingannya yaitu, kopdaran, kencan buta yang berujung ke pergaulan bebas. Hmm, bisa dibayangkan, bagaimana urusannya? Sebagai penulis, ya, imajinasi sendirilah!
Beberapa anggotanya yang juga adalah jilbaber akhirnya tak tahan curcolan kepada penulis. Menceritakan tentang sepak terjang para dedengkot grup kepenulisan yang sudah memiliki anggota puluhan ribu, kebanyakan anak unyu-unyu alias para ABG.
“Dia mengajak tidur sekamar, Bun, padahal selama ini aku sangat respek. Sampai anak-anak juga menjulukinya Profesor Keren,” katanya melalui chatt online.
Memang betul, semuanya terserah Anda: Pilih yang mana?
Grup para perempuan bangor pun tak kalah maraknya. Grup Tante Girang, grup Brondong, grup Bences alias waria. Grup atheis, grup lesbian, grup homoseks, dan banyak lagi; menyesatkan!
Sudah dulu ya urusan grup menyesatkan ini. Pokoknya, kepada para perempuan muda, terutama anak-anak SMP dan SMA, mereka yang ingin sekali menjadi sastrawan: Waspadalah!
Diharapkan para ibu juga mendampingi anaknya dalam kegiatan mereka berselancar. Salam perjuangan ibu-ibu! (Halim, Pipiet Senja)
Posting Komentar