Petang mulai turun, ketika Honda Accord berhenti
pelan di depan rumah sederhana kawasan utara Bandung. Seorang wanita tua
berkerudung berdiri di teras. Tampak ia akan bepergian ke perhelatan. Kain
kebaya yang dikenakannya cukup apik. Meskipun sudah tua dan luntur warnanya.
“Euleuh-euleuh,
itu dia suruhan Den Faiz,” katanya riang dan penuh sukacita. Perempuan itu
melambaikan tas usangnya, tersenyum sumringah dan bergegas menghampiri mobil.
Sisca tiba-tiba mengeluarkan sesuatu dari ransel di
kakinya. Maria yang duduk di sebelahnya, seketika tersentak kaget. “Eeh, apaan tuh, Sisca? Itu bukan petasan!” Telanjur… bluuuaaar!
Gadis yang disebut Sisca tersenyum dingin dan
melengkingkan sukacitanya. “Yeees, yessss…!”
“My God!
Kamu kelewatan, Sisca! Katamu tadi cuma petasan biasa. Itu sih namanya
pembunuhan terencana!” sesal Maria tak tega melihat detilnya pelemparan bom
molotov itu. Sisca malah terkekeh-kekeh, puas.
Sissy, Nafa dan Nuke yang berada di jok belakang
berjingkrak, heboh. Maria mengelus dada dan geleng kepala. Seharusnya ia tak
tergoda lagi ikut tualang mereka. Dalam sebulan saja gaul dengan mereka, entah
berapa banyak hitungan dosa besar, dosa kecilnya. Menjahili teman-teman di
kampus, ikuti jejak Sisca dan komplotannya. Andai di rumah ada yang bisa
meredam amuknya!
Sial, Mamie sibuk hunting berlian yang sudah jadi obsesi hidupnya. Papie nggak pernah
pulang dalam tiga bulan terakhir. Sibuk di Jakarta dengan partai dan kursi
dewan yang terhormatnya. Kedua kakak cowok entah pada nyangkut di mana. Tinggal
si bungsu yang kemarin dipergoki lagi mesraan sama pembalap keren itu. Ugh, cowok pengkhianat. Kenapa mesti adikku
yang dipilihnya?
“Batal deh pergi ke walimahan si Faiz,” gemas
Sissy..
“Kalian sudah menyeretku jadi pembunuh,” keluh
Maria.
“Kumat nih bawelnya?” dengus Sisca dingin.
”Gitu-gitu dia kan pernah ngemong kamu waktu kecil,
Sis. Apa salah kalau Bibi Nah hadiri walimahan mereka?” Maria menatap kaca
spion di sampingnya. Sekilas matanya menangkap sebuah bayangan berkelebat ke
arah asap yang membumbung itu. “Semoga itu pahlawannya Bibi Nah…”
***
Petang telah usai menurunkan tirai malamnya. Bandung
bersepuh bintang, diwarnai kupu-kupu malam yang beterbangan ke mana dia suka.
Seekor kupu-kupu yang tengah menclok di bahu hidung belang, serentak meloncat
dengan pekik histerisnya. Sumpah serapah pun berhamburan. Sisca terkekeh-kekeh
geli, ditingkahi ketiga cewek di jok belakang. Maria menungkup muka dengan
kedua telapak tangannya. Ngeriii!
“Pengecut lu, ah!” ejek Sisca masih terkekeh geli.
“Kok ngamuknya keterusan? Apa belum puas juga dengan
satu korban?”
Dalam hati dia merepet. Cowok sebaik dan sesaleh
Faiz itu, bukan jodoh cewek sebinal kamu. Pantasnya memang dengan ketua
keputrian Rohis. Mereka pasangan yang amat serasi, seiman, se-Islam. Tapi
mulutnya dilem baik-baik. Sisca ibarat bom yang siap meledak setiap saat.
Persis bom molotov yang dilemparkannya tadi.
“Gue emang lagi marah, kecewa, benci, dendaaaam!”
sahut Sisca emosi.
“Dia itu babu kesayangan si Syifa. Sebelumnya dia
sempat ngejongos di keluarga Faiz. Yaah, setelah dia minggat dari rumah elo
kan, ya? Tahu tuh…”
“Faiz jadiin dia sebagai mas kawinnya ‘kali,
hihihi,” gelak Sissy.
“Kayaknya mereka mesti berkabung dulu deh,” tukas
Nafa.
“Bener nih bakal gitu kejadiannya?” Sisca terdengar
bimbang.
“Kalo ragu, samperin aja ke Masjid Istiqomah. Acara
walimahannya sebentar lagi tuh!” Nuke beri usul yang dianggapnya brilian.
“Besok pagi kok,” bantah Nafa.
“Yang mana sih yang bener?” Sisca makin bimbang dan
sengit.
“Mamie gue diundang kok sama Az-Zahra!” Nuke ngotot.
“Sejak kapan Mamie elo yang ngebet be-el, keluyuran
ke Mal se-Bandung Raya. Ngubek salon setanah Jawa, mendadak temenan sama
kajiannya Az-Zahra?” Sisca ketawa sinis, bisa mengobral habis kejelekan Mamie
sohibnya.
“Ceritanya
Mamie gue itu sekarang lagi tobat. Dia suka iseng beri sedekah sama orang-orang
nggak mampu. Termasuk panti asuhan milik orang tua angkat si Syifa itu, lho,”
jelas Nuke panjang lebar, disertai rasa bangganya. Sisca berlagak menguap.
“Gue sih lihat di mading kampus. Jelas beritanya
sekaligus undangan gratisnya. Nggak pada ke kampus siiih,” dalih Nafa.
“Ya udah, nggak ada ruginya balik lagi ke jalan
Citarum sana,” kata Sissy.
“Bulshiiit!
Nggak ada yang bener lu pada!” sumpah Sisca geram
Duh, kasihan amat Syifa dan Faiz. Kalo walimahannya
mesti ditunda, gara-gara ulah si Biang Jahil. Maria mulai gelisah dan khawatir.
Sisca mencolek tangan Maria. ”Ngebelain mereka nih?
Apa lantaran si Syifa itu mantan sahabat elo di TK Islam dulu, ya?”
“Iya, sejak awal kayaknya elo aja yang paling
defensif?” cetus Nuke.
“Apa bener
belakangan ini elo suka ngintipin anak-anak Rohis?”
“Jawaaaab!” Sisca menggaplok pahanya keras-keras.
Maria terpekik kaget.”Lihat gue kebut makin gila-gilaan nih, lihaaaat!”
Maria memejamkan matanya dan merunduk, memegangi
kepalanya erat-erat. Anehnya, cewek di belakang terkikih-kikih terus.
“Wahaaai, Malaikat Pencabut Nyawaaaa!” teriak dari
belakang.
“Jemput nih kitaaaa!”
“Goooyaaaang terus, Neeeng!”
“Kena nggak, Nuke?” tanya Sisca, tersengal-sengal.
“Kena banget! Si Mang Mie Kocok itu sampe ngejungkel
di trotoar tuh!”
“Anaknya juga kayaknya kelojotan kesiram kuah mie
kocok…”
“Huahaha…. Asyiklah, yaoow!” raung Sisca makin kesetanan.
Mobil itu membelah jalanan menuju kawasan Ciater.
”Bagus, kamu masih punya hati dan gengsi,” puji
Maria tulus.
Sekilas senyum dingin meleret di bibir merah menyala
itu.
“Dasar telmi si Maria ini, ya teman-teman?” Nuke
tiba-tiba menohoknya.
“Hooh, seminggu aja nggak gaul sama kita, kuper
deh!”
“Emang ada yang terlewatkan sama aku, ya?” Maria
penasaran.
Sisca mendadak melambatkan mobilnya.”Sebenarnya
pengantin itu kakak beradik. Iya, sumpah nih! Faiz dan Syifa itu kakak beradik
satu ayah. Gue juga asalnya nggak percaya. Tapi Elena Martin itu cuma ibu tiri
Faiz, pahaaaam?”
Maria mendelik, menatap wajah dingin itu dari
samping.”Tahu dari mana?”
“Yaah, itu tadi… yang barusan kita bom!” sahutnya
kalem.
“Apaaa? Jadi benar apa yang pernah dibilangnya waktu
itu…?”
“Kalo Non percaya, saya dulu kenal baik sama ibu Den
Faiz itu. Kami sama-sama berjuang di Paguyuban Pasundan. Sayang, umur Ceu
Lastri nggak panjang. Meninggal pas melahirkan…” kata Bibi Nah suatu hari saat
mereka ngerumpi soal Faiz yang lagi ditaksir Sisca. Semuanya sontak
terbahak-bahak.
“Huuu, dasar pikun lu!” gerutu Sisca.
Ia juga nyaris sepakat menyebutnya pikun. Lha wong
ibu Faiz masih segar bugar. Bahkan super enerjik dengan bisnis majalah
wanitanya di Jakarta. Siapa sih yang nggak kenal sosok Elena Martin? Meskipun
Maria sering heran sendiri. Kok anak sesaleh Faiz punya ibu seatraktif Elena
Martin, ya?
Suatu hari ia melihat Bik Nah di teras rumah Sisca.
Ia tergerak iseng untuk mengabarkan berita bahagia tentang Faiz.
“Oh, begitu?
Alhamdulillah…” Sepasang mata tuanya seketika berair. Seperti mengenang kisah
indah persahabatannya dengan ibu Faiz suatu masa dulu. ”Neng Maria tahu siapa
calon istrinya itu?”
“Masih teman kuliah kami juga, Bi. Namanya El-Syifa
Maryam. Dia itu putri angkat dai kondang, pemilik panti asuhan dan pesantren
Az-Zahra di Geger Kalong…” Sebenarnya Maria masih mau menambahkan informasinya.
Bahkan soal persahabatannya di TK dengan Syifa. Persahabatan murni, lugu dan
tanpa embel-embel apapun. Bukan model pertemanan ala Sisca and her gank. Saling mempengaruhi dalam kerusakan dan kehancuran.
“Apaaa? Den Faiz mau nikah sama Neng Syifa yang itu?
Duh, Gustiii… Ceu Lastri pernah beri tahu Bibi dulu soal putrinya yang nggak
diakui sama lelaki itu…” Wajah Bibi Nah seketika pucat pasi, menutup bibirnya
yang keceplosan bicara banyak. Lalu ngibrit meninggalkannya yang
terbengong-bengong.
***
“Sana turun! Dasar baweeel! Pengecuuuut!” Sisca
mendorong tubuhnya dengan kasar. Maria tak berkata-kata lagi. Begitu pintu
terbuka, ia meloncat di tengah hutan karet yang sepi itu.
“Biar diperkosa preman Kalijati luuu!” sumpah Nafa.
Honda Accord itu melesat kembali meninggalkannya
seorang diri di perkebunan karet Kalijati. Senyap, lengang mencekam. Untuk
beberapa saat Maria termangu-mangu, bingung. Ketika sadar, satu saja yang ingin
dilakukannya. Menghubungi Syifa dan Faiz!
“Hampir dimulai acaranya. Oh, Tuhan, HP-ku
ketinggalan,” keluhnya mulai putus asa. Otaknya dipepati dengan
bayangan-bayangan mengerikan. Tubuh Bibi Nah porak poranda. Faiz dan Syifa
menikah. Mereka sekarang sudah resmi walimahan, suami-istri. Tiba-tiba…
Bruuuuaaaak, bluaaaar!
Sayup terdengar jerit ketakutan dan lolong
kesakitan. Tubuh Maria menggigil oleh hawa dingin, rasa takut, kecemasan.
Semuanya membuatnya menjadi seorang pengecut. Ia tak jadi melangkahkan kakinya
ke arah suara yang berdebam keras, asap mulai membumbung, bau daging terbakar.
Tidak, ia terlalu pengecut untuk menemukan kenyataan itu!
Komplotan Sisca telah menemui Malaikat Pencabut
nyawa yang mereka tantang, dengan segala jumawa beberapa menit yang lalu.
Seutas benang merah itu terus menyalib Maria ke mana
pun dirinya melangkah. Bermula dari kawasan senyap hutan karet menuju Jakarta
dengan bus umum. Terbang dengan flight
pertama keesokan harinya menuju Los Angeles. Bahkan hingga bertahun-tahun
kemudian. Meskipun dalam kondisi yang telah sangat jauh berbeda. Seutas benang
merah itu telah menjadi bongkahan dukalara yang menyiksa jiwanya.
Maria tetap merasa tak punya keberanian untuk
menghubungi mantan sahabat kecilnya. Dan ia takkan pernah mengetahui apa yang
sesungguhnya terjadi. Seandainya hari itu tak bertemu kembali dengan sosok berjilbab
lebar di Islamic Centre, New York. Diawali dengan seorang gadis cilik yang
nyaris menabraknya.
“Ups, sorry,
Mom!! Ummi Azi sudah bikin dosa!” pekiknya dengan suaranya yang nyaring,
gerak-gerik lucu menggemaskan.
“No problem,
Sweety,” hibur Maria dan berjongkok
di sampingnya.
“Exuse me…
Oh, subhanallah! Ini kan Maria Francisca?” Seorang wanita berjilbab apik telah
berdiri di hadapannya.
“El-Syifa Maryam,” desisnya nyaris tak terdengar.
Seketika ia merasakan tubuhnya mengejang.
Dengan mimik bingung, rona sesal dan dukalara
mendalam, ia bangkit. Dipandanginya wajah gadis cilik yang terheran-heran
menatapnya, dan wajah Ummi-nya
bergantian. Sama sekali tak mirip dengan wajah Syifa!
”Maaf, apa ini putrimu?” Masih ada secercah asa. Oh,
Ya Allah, jangan, jangan katakan kebenaran yang selalu menyiksa diriku itu!
Syifa tersenyum dan tanpa sungkan dirangkulnya Maria
erat-erat. ”Dia selalu memanggilku Ummi. Begitu juga anak-anak lainnya di
Az-Zahra,” bisiknya sambil menggeser dan agak menjauhi gadis kecil itu.
“Maksudmu?” Maria masih gemetar dalam dekapan Syifa.
“Aku tak pernah menikah dengan Aa Faiz,” Ada sebutir
kristal jatuh dari sudut-sudut mata wanita anggun itu. Maria nyaris memekikkan
seruannya akan kebesaran dan kemurahan Allah Swt. Ya Rabb, Engkau telah
mendengar setiap seruan doaku, batinnya membuncah sukacita.
“Alhamdulillah… Oh, afwan, maksudku soal tadi itu!”
“Ada apa denganmu? Wajahmu pucat, sakit?” Syifa
menatapnya lekat.
“It’s’ okey,
it’s okey, Syifa,” tukas Maria gugup bahna sukacitanya.
”Oh, betapa cantik dan anggunnya kamu sekarang. Jadi
kamu…?” Maria pun mengangguk mantap.”Subhanallah, Maria…”
“Sekarang panggil aku Mariam,” tukasnya mulai bisa
tersenyum.
“Ummi, Ummi, kenalkan dulu atuh temannya!” terasa tangan mungil mengguncang ujung gamisnya.
Dengan sigap ia memangku si kecil, menciumi pipi-pipinya dengan gemas. Betapa
ingin dia bersujud syukur atas karunia-Nya!
Ketika celoteh riang itu menggema ke seantero
ruangan, ia telah menyisipkan seutas benang merah itu ke telapak tangan Syifa. Bersamaan
dukalara yang terurai dari bilik hatinya terdalam. Ia sesungguhnya sudah tak
ingin mendengar rentetan tragedi itu lagi.
“Ada banyak
keanehan, mulai dari firasat, mimpi buruk sampai selentingan yang menggelikan
itu.
Dikabarkan, aku yang anak yatim-piatu ini ternyata punya ayah seorang
Jenderal? Lucu kan? Sayangnya, Ummi dan Abi tak bisa meyakinkanku agar
melupakan masa lalu itu…”
“Bukannya Bibi Nah sempat mengabdi di Az-Zahra?”
“Hanya beberapa hari dan kelakuannya aneh sekali.
Sering menangis setiap memandangi wajahku, gugup dan kelihatan sakit sekali.
Terpaksa kami merumahkannya dengan janji tetap menafakahinya.
Semuanya sempat
bikin kami, aku dan Aa Faiz merenungkan lagi rencana pernikahan…”
“Jangan menangis, Ukhti sayang. Seharusnya kamu
bersyukur itu tak pernah terjadi,” tukasnya mengusap air mata yang berlinangan
di pipi Syifa.
“Ya, ya, tentu saja begitu. Seandainya dulu aku tahu
kebenaran yang baru kudengar darimu itu… Sudahlah, selamat tinggal, dukalara!”
“Ya, kamu betul. Selamat tinggal, dukalara!”
Kedua wanita itu berpelukan sambil menangis bahagia.
“Yee… Mom dan Ummi cengeng!” usik Azi.”Kita pulang, please…”
“Ya, ya, sebentar, Cinta. Habiskan dulu
eskrimmu,” bujuk Syifa lembut.
“Baik, apa yang terjadi dengan Aa Faiz?” akhirnya ia
penasaran juga.
“Dia memutuskan untuk menjemput sendiri Bibi Nah.
Tak ada yang bisa menghalanginya lagi. Dia datang tepat saat bom itu meledak.
Bibi Nah tak sempat menyampaikan pesan terakhirnya itu kepada Aa Faiz. Sebab
keduanya tewas dalam perjalanan menuju rumah sakit…”
Depok, Jumadil
Ula 1422 Hijriyah
***
BalasHapuskami sekeluarga tak lupa mengucapkan puji syukur kepada ALLAH S,W,T
dan terima kasih banyak kepada AKI atas nomor togel.nya yang AKI
berikan 4 angka alhamdulillah ternyata itu benar2 tembus AKI.
dan alhamdulillah sekarang saya bisa melunasi semua utan2 saya yang
ada sama tetangga.dan juga BANK BRI dan bukan hanya itu AKI. insya
allah saya akan coba untuk membuka usaha sendiri demi mencukupi
kebutuhan keluarga saya sehari-hari itu semua berkat bantuan AKI..
sekali lagi makasih banyak ya AKI… bagi saudara yang suka main togel
yang ingin merubah nasib seperti saya silahkan hubungi AKI ALIH,,di no [[[ 0823 1366 9888 ]]]
insya allah anda bisa seperti saya…menang togel 275
juta, wassalam.
dijamin 100% jebol saya sudah buktikan...sendiri....
Apakah anda termasuk dalam kategori di bawah ini !!!!
1"Dikejar-kejar hutang
2"Selaluh kalah dalam bermain togel
3"Barang berharga anda udah habis terjual Buat judi togel
4"Anda udah kemana-mana tapi tidak menghasilkan solusi yg tepat
5"Udah banyak Dukun togel yang kamu tempati minta angka jitunya
tapi tidak ada satupun yang berhasil..
ATAU
KLIK DISINI 4d 5d 6d
Solusi yang tepat jangan anda putus asah.... AKI ALIH akan membantu
anda semua dengan Angka ritwal/GHOIB:
butuh angka togel 2D 3D 4D SGP / HKG / MALAYSIA / TOTO MAGNUM / dijamin
100% jebol
Apabila ada waktu
silahkan Hub: AKI ALIH DI NO: [[[ 0823 1366 9888 ]]]
atau klik langsung di
angka GHOIB: singapur 2D/3D/4D/5D/6D/
angka GHOIB: hongkong 2D/3D/4D/5D/6D
angka GHOIB; malaysia
angka GHOIB; toto magnum 4D/5D/6D/
angka GHOIB; laos
kami sekeluarga tak lupa mengucapkan puji syukur kepada ALLAH S,W,T
dan terima kasih banyak kepada AKI atas nomor togel.nya yang AKI
berikan 4 angka alhamdulillah ternyata itu benar2 tembus AKI.
dan alhamdulillah sekarang saya bisa melunasi semua utan2 saya yang
ada sama tetangga.dan juga BANK BRI dan bukan hanya itu AKI. insya
allah saya akan coba untuk membuka usaha sendiri demi mencukupi
kebutuhan keluarga saya sehari-hari itu semua berkat bantuan AKI..
sekali lagi makasih banyak ya AKI… bagi saudara yang suka main togel
yang ingin merubah nasib seperti saya silahkan hubungi AKI ALIH,,di no [[[ 0823 1366 9888 ]]]
insya allah anda bisa seperti saya…menang togel 275
juta, wassalam.
dijamin 100% jebol saya sudah buktikan...sendiri....
Apakah anda termasuk dalam kategori di bawah ini !!!!
1"Dikejar-kejar hutang
2"Selaluh kalah dalam bermain togel
3"Barang berharga anda udah habis terjual Buat judi togel
4"Anda udah kemana-mana tapi tidak menghasilkan solusi yg tepat
5"Udah banyak Dukun togel yang kamu tempati minta angka jitunya
tapi tidak ada satupun yang berhasil..
ATAU
KLIK DISINI 4d 5d 6d
Solusi yang tepat jangan anda putus asah.... AKI ALIH akan membantu
anda semua dengan Angka ritwal/GHOIB:
butuh angka togel 2D 3D 4D SGP / HKG / MALAYSIA / TOTO MAGNUM / dijamin
100% jebol
Apabila ada waktu
silahkan Hub: AKI ALIH DI NO: [[[ 0823 1366 9888 ]]]
atau klik langsung di
angka GHOIB: singapur 2D/3D/4D/5D/6D/
angka GHOIB: hongkong 2D/3D/4D/5D/6D/
angka GHOIB; malaysia
angka GHOIB; toto magnum 4D/5D/6D/
angka GHOIB; laos
Posting Komentar