Suara
Kami Adalah
Karya:
Pipiet Senja
Suara kami adalah semesta amarah
Beratus tahun diperas penjajah
Sejak Sunda Kelapa dikuasai
Fatahillah
Maka kami bersumpah atasnama Tuhan
Yang Esa
Batavia kami namakan kembali
Jayakarta
Kami bangga menjadi anak Betawi!
Suara kami adalah jejak langkah para
pejuang
Tetesan darah dan nyawa berserak
sejak zaman baheula
Sejak kisah heroik si Pitung anak
Betawi
Sampai Abang Jampang bedog panjang
Kumis melintang bikin jantung noni-noni
Belanda kelepek-kelepek
Kami bangga menjadi anak Betawi!
Suara kami adalah anak-anak
kemerdekaan
Siapa tak kenal Husni Thamrin,
Abdullah Syafei
Para Habib yang senantiasa menyiram
rohani dengan ruh Islami
Benyamin S yang menggelitik dalam
budaya dan seni
Ali Sadikin yang kreatif membangun
DKI
Maka banggalah menjadi anak Betawi!
Suara kami adalah rakyat pinggiran
Pribumi banyak tersingkirkan
Semakin ke pinggir dan ke pinggiran
lagi
Minggir, minggir, minggir terus
Sampai penuh sesak di
bantaran-bantaran kali Ciliwung
Di lumbung-lumbung sampah
Di tempat-tempat kumuh
Berbaur dengan pendatang pencari
nafkah
Dari pelosok Nusantara
Meski demikian kami masih bertahan
Sepanjang kehormatan, budaya dan
keyakinan
Masih dijaga, dipelihara dan
dihormati
Anak Betawi menerima semua dengan
ikhlas
Sekalipun tiap hari kami diuji nyali
Sejuta tantangan
Kami jawab; anak Betawi tegar
berjuang!
Suara kami seketika kelu dan beku,
Saudaraku
Mendadak kepala pusing, kuping
berdenging
Sejak bagong lieur muncul dari Belitung
Bersama puting beliung
Kami dipaksa menyaksi tingkah polah aneh
nyeleneh
Mulai dari ngepat-ngepot segala
diseruduk
Dengan lautan kotoran dan muntahan comberan
Berlepasan dari mulut si bagong lieur
Semua berbau busuk, semua beraura
sampah
Nghoooook, nghoooook, ngahoooook,
preeeeet!
Nghoooook, nghoooook, ngahoooook,
preeeeet!
Nghoooook, nghoooook, ngahoooook,
preeeeet!
Lihatlah, Saudaraku sebangsa dan
setanah air!
Masjid-Masjid dibongkar dengan janji
dibangun kembali
Api berkobar di kawasan-kawasan kumuh
Reklamasi pantai menelan korban
Semua akan dijual kepada para Taipan
dari Utara
Maka, dengarlah saudaraku sebangsa
dan setanah air!
Jerit tangis perempuan, ibu hamil dan
bocah tanpa dosa
Lansia tuna daksa semua tanpa kecuali
Dan lihatlah, lihatah, lihatlah
saudaraku
Kami seketika menjadi manusia perahu
Darah dan nyawa mendadak murah-meriah
Alangkah kejam!
Alangkah zalim!
Alangkah jahanam!
Nghoooook, nghoooook, ngahoooook,
preeeeet!
Nghoooook, nghoooook, ngahoooook,
preeeeet!
Nghoooook, nghoooook, ngahoooook,
preeeeet!
Maka kami bertanya kepadamu, wahai Saudaraku!
Siapakah yang pantas menjadi pemimpin
Jakarta?
Siapakah yang patut menjadi imam
Betawi?
Siapakah yang wajib kita jadikan
panutan di tanah tercinta ini?
Jawabannya ada di hati sanubari
sendiri
Namun yang jelas dia bukan bagong
lieur
Dia bukan puting beliung dari
Belitung
Dia bukan babi ngepat-ngepot mulut
semesta comberan
Suara kami adalah puncak kesabaran
yang telah pepat dinistakan
Sebab kuping jemu dijejali pelecehan
dan kesombongan
Sebab mulut kami tak mampu bertahan
untuk berteriak lantang
Sebab jiwa raga kami, darah dan nyawa
kami
Semua milik kami sudah menggelegak
liar untuk ditumpahkan
Lawan kezaliman!
Lawan keserakahan!
Lawan penjajahan asing-aseng!
Lawan penistaan keyakinan!
Lawan penghancur kebudayaan!
Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu
Akbar!
Kalibata City, 6 Agustus 2016
@@@
bunda izin share ya
BalasHapusPosting Komentar