Foto Bersama Pembicara: Nurdiati Akma, Ratna Sarumpaet, Pipiet Senja
Jakarta, 25 September 2016
Bertempat di Aula Masjid
Baiturrahman Saharjo 100, Tabloid Suara Islam menyelenggarakan temu pembaca. "Bersatu
Menangkan Gubernur Muslim" bersama GMJ, AMJU dan Majelis Taqorub Ilallah.
Demikian tema diskusi pada siang, bada zuhur dan makan siang.
Pada
kesempatan ini dihadiri oleh para tokoh dari berbagai elemen organisasi, baik
sebagai perwakilan maupun individu. Tampil para pembicara yaitu; Jamran, Ratna Sarumpaet, Ustazah Nurdiati
Akma, Pipiet Senja dan Yeni Biki, kakak almarhum Amir Biki. Host: KH. Muhammad
al Khaththath, Pemred Suara Islam.
“Kita
sudah mendapatkan dua pasangan calon Gubernur DKI. Tidak perlu diperdebatkan
lagi. Tidak perlu saling menjelekkan dan mengungkap kelemahan masing-masing. Jika
memiliki pemimpin Muslim, kita bisa lebih mudah diajak membangun bangsa. Tidak
perlu ada istilah SARA segala. Jadi, yang oenting kita harus pilih pemimpin
Muslim! Sepakat, ya, semuanya?” seru Jamran mengawali diskusi penuh semangat,
sehingga hadirin terbawa aura semangat perjuangannya.
Ratna
Sarumpaet yang telah berpengalaman di Senayan, mengemukakan pendapatnya. “Kita
harus kembali kepada UUD ‘45. Ini semuanya sudah diamandemen, sudah dilolosi
sampai dampaknya kacau-balau begini. Jika kita tidak memperbaiki sistem,
semuanya tidak akan pernah beres!”
Ratna Sarumpaet pun menyatakan kegeraman dan keprihatinannya terhadap korban gusuran di berbagai lokasi di Jakarta. "Apakah ada yang memberitakan media Nasional tentang Balita yang tewas, jatuh dari lantai empat di Rusunawa yang dibangun seenaknya itu? Tidak ada!"
Ustadah
Nurdiati Akma berbagi sekilas pengalaman sebagai Caleg, dua kali mencalonkan
dan gagal karena tidak ikut mengawal hasil pemungutan suara sampa tingkat
Kabupaten. Seorang petugas KPUD menyesalinya dan mengatakan, “Coba Ustadah
kasih 30 juta saja, semuanya akan beres seperti Caleg lainnya!”
Jamran, Ratna Sarumpaet, Pipiet Senja dan KH. Muhammad al Khathathath
Yeni
Biki, meskipun usianya sudah sepuh, suaranya lantang menyuarakan kegelisahan
dan kegeramannya dengan situasi politik di wilayahnya. “Sekarang semakin banyak
saja tokoh masyarakat yang tidak tahu tatakrama. Seolah-olah semuanya
berorientasi kepada keuntungan pribadi, dunia saja yang dikejar. Pilihlah pemimpin
Muslim yang amanah. Jangan pikih pemimpin kafir dan zalim! Allahu Akbaaar!”
Lain
dengan Pipiet Senja, tidak banyak menyatakan opini tentang politik Indonesia.
Ia mengaku bukan aktivis perempuan, melainkan hanya seorang seniman yang lebih
banyak berjuang mendampingi perempuan di kalangan TKI di perantauan. Ia minta
izin untuk membacakan puisi perlawanan, Suara Kami Adalah Semesta Amarah.
Acara
ditutup dengan kesepakatan untuk revolusi dimulai dari keluarga sendiri, mengubah
cara pandang,, cara hidup agar lebih baik. Terutama untuk PILKADA DKI 2017, semua
sepakat harus menyingkirkan Gubernur Zalim, menggantinya dengan Gubernur
Muslim. Titik! (Jakarta, Pipiet Senja)
@@@
Posting Komentar