Aksi Bela Islam 1410
Kang Suhe
Hari ini sangat berbeda
dengan biasanya. Perkejaan kantor dengan sangat cepat dan sangat terburu-buru
segera saya selesaikan. Bukan karena target atau deadline yang sudah dekat, tapi karena hari ini adalah saat yang
ditunggu-tunggu bagi umat Islam di Jakarta khususnya.
Hari ini adalah saat yang
saya tunggu untuk sebuah perjuangan terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam
Al Qu’ran. Hari ini adalah saat yang saya rindu selama hampir 18 tahun tidak
mengikuti longmarch. Terakhir longmarch pada tahun 1998 untuk
menurunkan rezim Suharto.
Hari ini adalah Jumat, 14 Oktober
2016 aksi damai umat Islam yang kita sebut sebagai aksi bela Islam terhadap Al
Quran. Aksi bela Islam ini digagas oleh Front Pembela Islam (FPI) dalam
menegakkan keadilan atas kasus penistaan agama yang telah dilakukan oleh
Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahya Purnama, lebih sering dipanggil dengan
sebutan ahok.
Selesai sudah semua
pekerjaan kantor hari ini saat jam tepat menunjukkan angka 11:00 siang menjelang shalat Jumat tiba. Kantor
saya yang berlokasi di kawasan SCBD, Jakarta Selatan, jauh dari lokasi aksi
bela Islam, membuat saya sesegera mungkin beranjak dari kantor menuju Masjid
Istiqlal. Saya bergegas mengisi form izin meninggalkan pekerjaan untuk alasan
acara keluarga. Benar, ini urusan keluarga seakidah, maksudya.
Dalam keadaaan sudah
berwudhu saya langsung order ojek online
menuju Masjid Istiqlal. Mobil sengaja saya tinggal di parkiran kantor mengingat
waktu Jumatan sudah dekat. Dalam perjalanan ke Istiqlal, saya minta pengemudi
ojek agak cepat untuk bisa mengejar sholat Jumat. Akhirnya tiba di depan Masjid
Istiqlal tepat pada pukul 11:50.
Kondisi Istiqlal sudah
sangat penuh di lantai bawah. Saya pun naik ke lantai 1 dan terlihat sangat
penuh oleh jamaah. Diarahakan oleh petugas Masjid, saya pun langsung menuju lantai
2. Kondisi penuh juga terlihat di lantai 2 . Karena postur saya yang kecil
mungil, saya masih bisa merapat ke shaf yang longgar. Saya hanya bisa
mendengarkan sisa khutbah beberapa menit saja, muadzin pun langsung melakukan
iqomat pertanda khutbah selesai dan sholat jumat akan segera dimulai.
Bada sholat Jumat, pukul
12:55 saya dan jamaah lainnya langsung turun menuju lantai bawah, membentuk
barisan yang dikomandokan langsung oleh Habib Rizieq, Imam Besar FPI. Padatnya
jamaah Istiqlal membuat proses turun tangga Masjid makan waktu hingga 30 menit.
Di pelataran masjid, saya
melihat barisan yang sudah siap longmarch.
Saya pun akhirnya hanya sempatkan makan sedikit gorengan sebagai pengganti
makan siang. Karena barisan longmarch sudah
bersiap untuk berajalan menuju kantor Bareskrim di Gedung Kementrian Kelautan
dan Perikanan.
Gema takbir, tahlil, dan
tahmid bergemuruh seiring dengan langkah para jamaah meninggalkan area masjid
istiqlal melewati depan Gereja Kathedral. Dengan langkah yang penuh ghiroh
membela kalam Allah, saya dan seluruh jamaah bergerak menuju depan Gedung
Kementrian Perikanan dan Kelautan.
Saya berusaha terus berjalan
agak cepat untuk mendekati mobil komando yang berada jauh di depan. Saya ingin
terus mendekat dengan para ulama yang berada di atas mobil komando. Jumlah
ribuan massa yang berjalan membuat saya ekstra tenaga dan ekstra keringat,
berusaha dapat berada di barisan depan bersama para ulama. Dari kejauhan mobil
komando semakin terlihat, dan akhirnya saya pun dapat mendekat.
Subhanallah! Allahu Akbar!
Allahu Akbar!
Lantang suaranya mencerminkan isi hati dan
keberaniannya dalam menegakkan kebenaran. Kepalan tangannya menambah semangat
jamaah untuk terus bergerak maju memperjuangkan keadilan.
Habib Rizieq, dialah sosok
sentral dalam aksi bela Islam ini. Keringatnya yang terus mengucur dari
keningnya meneteskan semangat jihad untuk para pengikutnya. Teriakan takbir
menggetarkan sorban putih yang mengikat kepalanya. Sontak jamaah menyambutnya
dengan teriakan; Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!
Mobil komando sudah berada
tepat di depan Gedung Kementrian Kelautan dan Perikanan, kantor sementara
Bareskrim Polri. Komando Habib Rizieq meminta mobil untuk berhenti. Saya
sempatkan untuk bisa naik ke separator
busway, untuk bisa mengambil gambar ratusan ribu massa yang ikut berhenti
seiring komando dari Habib.
Barisan massa sejauh mata
memandangberwar na putih yang memenuhi jalanan Ibu Kota. Allahu Akbar. Saya
takjub melihat massa begitu banyaknya. Kaki gemetar karena baru kali ini saya
melihat massa aksi sebegitu besarnya. Saya pun turun dari separator busway, sudah mendapatkan beberapa foto yang bagus untuk
dokumentasi pribadi. Saya terdiam sejenak masih setengah percaya dengan pemandangan
di hadapan mata.
“Ada apa ini?” tanya saya dalam
hati, melihat ke kanan dan kiri, serta menoleh ke belakang tempat saya berdiri.
Tampaklah Bunda Ratna
Sarumpaet. Saya menyapa dan cium tangannya.
“Hey, dengan siapa kamu?”
sapa Bunda Ratna.
“Saya sendirian, Bun,” jawab
saya sambil meminta untuk foto selfi dengan Bunda Ratna.
Allahu Akbar...Allahu
Akbar...Allahu Akbar. Takbir terus menggelegar di jalanan depan gedung
Bareskrim. Dengan suara penuh semangat, Habib meminta tokoh reformasi kita,
Bapak Amin Rais agar naik ke mobil komando untuk memberikan orasinya.
Saya baru menyadari bahwa di
antara ribuan massa, ada Bapak Amin Rais yang sudah hampir 18 tahun tidak turun
dalam parlemen jalanan. Saya jadi teringat era perjuangan 98, ketika melihat sosoknya
berdiri di atas mobil komando. Allahu Akbar. Dalam hati kecil saya bertanya, “Akankah
peristiwa pergerakan 98 terulang kembali?”
Terucap lirih bergetar dari
bibir ini, “Ini lebih dahsyat daripada perjuangan 98. Ya, lihatlah! Jumlah
massa saat ini jauh lebih besar daripada aksi reformasi 98. Ya Allah, berikan
kami kekuatan dalam pergerakan ini.”
Sebagian ulama sedang
bernegosiasi dengan Kabareskrim di dalam gedung. Mereka sedang menyuarakan
aspirasi umat Islam meminta Bareskrim Polri, segera menindaklanjuti kasus
penistaan agama yang telah dilakukan oleh Ahok.Tuntutan atas perlakuan hukum
yang adil menjadi dasar perjuangan pada aksi damai ini.
Setelah hampir kurang dari 2
(dua) jam bernegosiasi di dalam gedung, sebagian ulama keluar gedung ditemani
Kabareskrim. Mereka meminta Kabareskrim agar naik mobil komando untuk
memberikan orasi terkait komitmennya dalam menindaklanjuti kasus penistaan
agama oleh Ahok. Pada orasinya, Kabareskrim meminta para peserta aksi untuk
tetap bersabar. Karena komitmen Polri akan melakukan pemerikasaan lebih lanjut
terhadap Ahok. Peserta aksi kembali bertakbir ketika mendengar orasi dari
Kabareskrim. Allahu Akbar!
“Semoga komitmennya benar
adanya,” suara dalam hati saya.
Kemudian barisan aksi damai
meneruskan pergerakan menuju Balaikota. Habib Rizieq terus memberikan semangat
kepada peserta aksi dengan lantunan sholawat, zikir, dan teriakan lantang untuk
tangkap Ahok. Barisan kembali bergerak dengan langkah gemuruh, seperti langkah
para prajurit perang di medan peperangan.
Jarak antara gedung
Bareskrim dan kantor Balaikota yang tidak terlalu jauh. Puluhan wartawan media
cetak dan elektronik sudah menyambut kedatangan para ulama, dan peserta aksi
tepat di depan pintu gerbang Balaikota. Habib Rizieq meminta mobil komando berhenti.
Habib juga meminta kepada seluruh peserta aksi untuk duduk di aspal mencegah
provokasi-provokasi.
Namun apa yang terjadi saat
peserta aksi mulai duduk, suara musik keras dari dalam halaman Balaikota
membuat geger. Peserta aksi pun berdiri bermaksud meredam suara bising musik
keras tersebut. Segelintir orang menyebut bahwa musik keras berasal dari mobil
barakuda.
Suara rusuh gemuruh pecah dari
barisan jamaah, mereka meluapkan kemarahan kepada oknum petugas yang ada di
dalam halaman Balaikota. Spontan Habib Rizieq bersuara keras meredam reaksi
para peserta aksi.
“Jangan terprovokasi,
tenang, duduk, jangan terprovokasi. Takbir!” reaksi Habib untuk menenangkan
massa.
Gemuruh takbir menggema di
depan Balaikota menyambut seruan Habib
“Allahu Akbar! Allahu
Akbar!” teriak para peserta aksi.
Massa pun kembali duduk
menuruti perintah Habib
Namu, belum berselang 2
(dua) menit, suara musik kembali menggelegar lebih kencang dari sumber suara
yang sama.
“Musik ajep-ajep, setaaaan!”
entah siapa yang berteriak.
“Berhenti, weeei, berhenti
musiiiik!” teriak lainnya.
Habib kembali menenangkan jamaah
agar tetap duduk. Habib juga meminta kepada oknum petugas yang ada di dalam
halaman Balaikota, agar berhenti membunyikan musik. Alhamdulillah, massa yang
terus-menerus bertakbir tidak terprovokasi. Aksi pun dapat berjalan lancar.
Pada sesi akhir ini Habib
Rizieq berorasi menuntut polisi, agar mengadili Ahok sang penista agama.
Kapolda Metro Jaya, M. Iriawan ikut berorasi dengan para ulama di atas mobil
komando. Kapolda meminta peserta aksi untuk tetap mempercayakan petugas dalam menangani
kasus penistaan ini. Kapolda berjanji akan menjalankan proses hukum demi
tegaknya keadilan di negeri ini.
Turut serta dalam orasi
tersebut adalah Pangdam Jaya, Teddy L, yang juga mendukung aspirasi peserta
aksi, agar bersama mengawal tegaknya hukum di Republik Indonesia. Kapolda dan
Pangdam Jaya berterima kasih kepada peserta aksi yang telah melakukan aksi bela
Islam dengan damai.
Aksi Bela Islam ini ditutup
dengan shalat ashar berjamaah di sepanjang ruas jalan depan Balaikota.
Menjelang shalat ashar, Ustad Bachtiar Nasir mengingatkan kepada para peserta
aksi, apabila kasus penistaan agama oleh Ahok tidak ditindaklanjuti oleh polisi,
maka akan ada aksi lanjutan dengan jumlah massa yang bisa 10 kali lipat
jumlahnya.
“Saudara-saudaraku, bawalah
10 orang setiap peserta aksi yang hadir kali ini. Bagaimana, apakah kawan-kawan
siap berjihaaaad?”
“Siaaaap!”
“Takbiiiiir!”
“Allahu Akbaaar!”(Jakarta,
Oktober 2016)
@@@
Posting Komentar