Al Quran Mempertemukan Kita
Pipiet Senja
Bermula
Dari Cinta Al Quran
Sesungguhnya
saya dan anak-anak telah lama mengenal sosok Ustad Bobby Herwibowo. Kalau tidak
salah, sejak saya aktif ngeblog melalui
jaingan Multiply, awal 2006. Sahabat
Multiply yang tinggal di kawasan Bekasi, yakni Elly Lubis, kemudian menyambungkan
saya dengan Ustad Bobby Herwibowo.
“Aku
ajak Teteh ke taklimnya di Bambu Apus,” katanya kemudian janjian langsung
bertemu di lokasi.
Ternyata
malah Elly Lubis datang belakangan, setelah saya diberi waktu untuk sekadar
berbagi kisah inspiratif dengan ibu-ibu taklimnya. Mereka memborong buku-buku
novel Islami yang sengaja saya bawa.
Alhamdulillah, setidaknya saya bisa memberi anak-anak makan, belanja
untuk beberapa hari ke depan. Maklum, saat itu sepulang berhaji,
“Nanti
Teteh ikut saja ke acara Askar Kauny di….” Ustad Bobby menyebut nama sebuah
hotel brbintang di kawasan Kuningan.
Menghafal
Al Quran Semudah Tesenyum, demikian seminarnya. Saat inilah pertama kalinya
saya mengenal metode yang dikembangkan oleh alumni Al Azhar, Ustad Bobby Herwibowo.
Betapa
ajaib rasanya mendadak bisa menghafal Surah Ar Rahman dalam tempo singkat!
Aulia bersama teman-teman di Mahad Askar Kauny Cibinong
Persahabatan
dengan Ustad Bobby ternyata bertahan selama bertahun-tahun kemudian. Saat-saat
saya dalam kesulitan ketiadaan dana, menjelang operasi pengangkatan limpa dan
kandung empedu. Ia segera mengulurkan bantuan, menyambungkan saya dengan taklim
ibu-ibu hingga pengajian para artis. Bahkan berkenan menjadi saksi sekaligus
penceramah ketika putriku menikah.
Mulai Januari 2017, saya kembali merapat
dengan Mahad Askar Kauny. Kerja sama mencetak buku Cahaya di Langit Jakarta
sebanyak 1000 esplar versi kover dan ada program ikihan yang disertakan di buku
kumpulan kisah nyata Aksi 212 ini.
Sebelum
itu, ketika saya bingung cari dana utuk cetak buku kumpulan kisah nyata Aksi
212 ini, Ustad Bobby Herwibwo menyambungkan saya dengan Hamba Allah. Demikian, kita
sebut saja Hamba Allah, sponsor utama yang tak ingin disebut identitasnya tu.
Berkat lobi beliaulah kami pihak penerbit pun akhirya bsa mencetak sebanyak 10 ribu
eksemplar.
Menyusul
bulan berikutnya menerima jasa penyuntingan sekaligus penerbitan buku HOTS,
yaitu kumpulan kisah para HOTSER, penggiat penghafal Al Quran.
Belakangan
saya menjadi nomaden alias tidak punya rumah pribadi. Curhatan lagi kepada
suami-istri, Ustad Bobby-Ustadah Maya, perihal ini. Maka ditempatkanlah saya di
Mahad Askar Kauny Cibinong. Barakallah.
Sejak
Juni 2017, saya mulai membuka kelas menulis di Mahad Askar Kauny Cibinong. Targetnya
saya harus mengkader para penulis dari para santri yang menuntut ilmu di Mahad
Askar Kauny.
Baru
bersosialisasi dengan santri Askar Kauny Cibinong, Bojong Gede dan Cinere,
ternyata banyak kisah menginspirasi yang telah saya dapatkan. Baik melalui
tulisan para santri, maupun curhatan
mereka yang suka wara-wiri di depan
kamar saya.
Umpamanya
tentang Aulia Najasyi. Pertama kali saya dengar namanya disebut oleh Umi Izzah.
Saya minta Umi Izzah untuk menuliskan kisahnya melalui WA. Dari hasil tektokan melalui WA itu jadilah tulisan
yang saya beri judul: Al Quran Membuatku
Tangguh.
Pertama
kali jumpa langsung dengan Aulia Najasyi saat Wisuda Akbar. Ia sosok remaja putri
yang murah senyum, ramah dan cantik. Kami sempat berbincang beberapa saat di
tengah kemeriahan Wisuda Akbar. Kemudian kulihat ia sudah tidak ada di ruangan.
Kutemukan ia sedang berbaringan di kamar santri, ditemani ibunya.
Aulia
tampak senang sekali ketika kuhadiahkan beberapa buku novel karya saya. Beberapa
bulan kemudian, tak lama setelah saya pulang diopname, kudengar Aulia ngedrop.
“Tolonglah,
Ustad Hilal, antar saya menengok Aulia,” pintaku kepada Ustad Hilal, saat membuka
kelas menulis di Cinere.
“Iya,
nanti janjian saja dengan Gema,” ujatnya sebelum berangkat ke kantor pagi itu.
Aulia ketika sehat
Sore
itu, 20 September 2017, saya diajak Gema membesuk Aulia di Rumah Sakit
Dharmais. Betapa terkejut sekali saya demi melihat kondisinya saat ini. Sosok
periang, murah senyum dan cantik itu telah berubah drastis!
Hampir
tak bisa mengenalinya lagi, begitu lemah, ringkih, selang oksigen terpasang di
wajahnya. Demikian pula berbagai selang infus seakan mengerubuti tubuhnya yang
tampak mengecil. Rambutnya yang indah pun telah hilang, plontos akibat ganasnya
kanker dan wajib dikemoterapi.
“Sudah
dua minggu ngedropnya,” ujar ibu Aulia yang senantiasa mendampinginya selama
dua tahun perjuangan putrinya melawan kanker.
Saya
duduk di samping ranjang, menggenggam tangannya yang sangat kurus dan kuku-kuku
jarinya bersemu ungu. Pertanda kanker telah merayapi jantung dan paru-paru.
Aulia mengeluh sakit kepala hebat. Perawat bilang sudah memberinya morphn
sebanyak lima kali per hari.
Ini
mengngatkanku pada kondisiku sendiri, pasca pengangkatan limpa dan kandung empedu
tahun 2009. Rasa sakit yang luar biasa membuatku terpuruk dalam situasi yang
dinyatakan in-comma oleh dokter.
Selama
tiga hari tiga malam itulah dokter pun memberiku morphin. Tentu hanya Sang Maha
Pengasih jualah yang Maha Tahu, jika saya masih bertahan hingga saat ini.
“Bunda
Pipiet, terima kasih sudah menengok,” lirihnya seketika membuka matanya yang
sejak tadi terpejam.
Kubisikkan
di telinganya agar ia terus menyebut asma-Nya. Ia mengangguk, tak berapa lama
kemudian meminta ibunya agar mentayamumkan dirinya.
“Sholat,
Ma, sholat,” pintanya lirih dan lemah sekali, tetapi tampak semangatnya masih
kuat untuk menunaikan kewajibannya sholat lima waktu. Masya Allah!
Kulihat
Aulia begitu tenang, damai dan khusuk sekali saat melakukan sholat Ashar. Tanpa
terasa air bening merembes dari sudut-sudut mataku. Kutahankan kepedihan hati
ini sedemikian rupa. Kuatir malah mengganggu Aulia dalam kekhusukan menyembah
Sang Penciptanya.
Saya
menantinya selesai sholat. Sementara Gema, temannya, Omah Iesye dan bibinya
Aulia duduk di lantai beralaskan tikar. Tak
berapa lama kemudian, kulihat mata Aulia terpicing kembali. Ia ingin
menyampaikan permintaan kepada ibunya. Namun, agaknya sudah sangat sulit
bicara.
Maka
ibunya mendekatkan wajahnya ke muluttnya, sehingga ia bisa menyampaikan pesan
melalui bisikan. Entah apa yang dibisikkannya. Saya menatap ibunya, menanyanya
melaluu isyarat tangan.
Aulia senang anak-anak
“Oh,
Aulia minta dibacakan sholawat, Bu,” ujar ibu Aulia.
“Ayo,
anak-anak, kita shoawatan untuk Aulia,” ajak saya kepada Omah Iesye, Gema dan
temannya.
Kami
pun membacakan sholawatan Nabi pelan-pelan, nyaris hanya berupa gumam. Sebab
kuatir mengganggu kekhusukan Aulia yang fokus bersholawatan. Tampak bibirnya
yang pucat pasi menggeletar. Kubayangkan ia sedang menahan rasa sakit menghebat
yang menyerang kepalanya. Napasnya tinggal satu-satu, ya Allah!
Sesungguhnya
saya ingin tetap berada di samping Aulia, menemani ibunya dan terus-menerus menyemangati
Aulia. Namun, Gema dan teman-teman sudah ditunggu agenda lain.
“Manini
pamitan dulu, ya Neng, teruslah menyebut asma-Nya,” bisikku di telinga Aulia,
kemudian kukecup tangannya sepenuh sayang.
Entah
mengapa, seketika ada firasat membisikkan bahwa ini adalah perjumpaan terakhir
kami.
Benar
saja, dalam kemacetan Ibukota yang luar biassa sore dan malam itu, mobil kami baru
sampai rest area saat masuk pesan
Ustad Ahmad. Mengabarkan berita dukacita; “Innalilahi wa inna ilaihi rojiun….”
Ketika
jumpa ibunya di Cibinong, perempuan 50-an itu berkata: ”Pesan Aulia, semua
sumbangan yang sudah masuk, tolong berikan untuk anak-anak Rohingya, Palestina,
dan sebagian untuk teman-teman buka puasa.”
Masya
Allah, husnul ktiman, ya Ananda Aulia Najasyi. Bahkan dalam kondisi harus
merasakan kesakitan luar basa itupun, ternyata engkau masih saja mengingat
orang lain. Anak-anak Rohingya, Palestina dan teman-teman penghafal Al Quran.
Kisahmu
yang dituliskan oleh Umi Izzah, Al Quran
Membuatku Tangguh, sangat menginspirasi. Semoga semangatmu untuk tetap
mencintai Al Quran akan menulari ummat. Cinta Al Quran jualah yang menyatukan
kita di Mahad Askar Kauny.
Alhasil,
buku kumpulan kisah santri Mahad Askar Kauny ini adalah sebagai permulaan. Semoga akan berlahiran para penulis mumpuni
dari kalangan santri, khususnya santri penghafal Al Quran di kalangan Mahad
Askar Kauny. Dan berlahiran pula karya-karya hebat dari jari-jemari mereka. (Mahad
Askar Kauny Cibinong, September 2017)
Masih muda sudah operasi rahim
@@@
masya Allah bikin nangis bacanya. Semoga Allah muliakan Aulia di jannah terindah
BalasHapusPosting Komentar