Menjaga Nyala Kehidupan
Oleh:
Uttiek Herlambang
“I won’t sleep either from Nigeria until Erdoğan was declared the winner inşallah.”
“People from different parts of world waiting for the results.”
“Not just the turk are praying right now. Whole muslim ummat is praying for Erdogan to come in power long live janah Erdogan ♥️ya Allah please make him win this election.”
Berjuta komentar senada ramai di lini masa sosial media sejak semalam. Orang-orang dari berbagai belahan bumi ikut “begadang” menunggu hasil Pemilu Turki.
Semua menantikan, apakah Muadzin Istanbul Recep Tayyip Erdoğan kembali terpilih untuk memimpin negeri itu?
Sampai tulisan ini diposting, hasil sementaranya Erdogan 49,47%, Kemal 44,82%, dan dua kandidat lainnya masing-masing 0,44% dan 5,27%.
Karena tidak ada kandidat yang perolehan suaranya mencapai 50%, maka akan ada pemilihan putaran kedua yang akan dihelat dua pekan lagi.
Pemandangan menarik mengiringi penutupan masa kampanye di Turki. Erdogan terlihat shalat berjamaah dan berdoa bersama di Masjid Aya Sofya. Masjid yang menjadi simbol kememangan Umat Islam.
Sementara rivalnya, Kemal Kılıçdaroğlu bersama para pengikutnya, memilih mengunjungi makam patron mereka, Mustafa Kemal Attaturk. Sosok yang dikenang sejarah sebagai penghancur daulah Utsmani dan umat Islam.
Di sosial media, para pengikut Kemal ini pun riuh mencuitkan komentarnya.
“Haha, Muslims should care for their own country. Not for Turkey.”
“Oh no Turkey 😢 please no Erdogan this time. 20 years of this autocrate. He's destroying secular Turkey. Time for change now.”
“How the hell are people that don't live in turkey rooting for Erdogan? are you that dense? disgusting!”
Di lapangan tak kalah panasnya, reporter Al Jazeera yang sedang repotase langsung dalam bahasa Arab, tetiba dihardik seorang laki-laki yang mengatakan. “Kembalilah ke Arab. Di sini dilarang bicara bahasa Arab.”
Ketika repoter yang berhijab itu mengatakan kalau ia adalah orang Turki yang sedang melakukan tugas jurnaslitik, lelaki itu tambah nyolot mengeluarkan kata-kata kasar yang tak pantas. Semua itu terekam kamera dan disiarkan ke seluruh dunia.
Sekularisme ibarat kanker yang dibiarkan terus menggerogoti tubuh Turki. Pranata agung yang dibangun Sultan Muhammad Al Fatih dan para penerusnya, mereka robek-robek sendiri.
Umat Muslim di berbagai dunia yang menyaksikan itu semua hanya bisa tercenung dan mengelus dada.
“Apa yang kalian inginkan anak cucu Al Fatih? Tidak segera sadarkah kalian kalau musuh-musuh Islam selalu ingin menggiring kalian ke lubang kehancuran?”
“Menghidupkan kembali agama berarti menghidupkan suatu bangsa. Hidupnya agama berarti cahaya kehidupan.” [Bediuzzaman Said Nursi]
Jakarta, 15/5/2023
Posting Komentar