Tuhan, Izinkan Aku
Pipiet Senja
Tuhan, izinkan aku
Berkisah tentang dukalara
Sepanjang masa
Ingin aku terbang ke tenggara
Gemawan hitam menghadang kakiku
Ingin aku melayang ke utara
Hujan badai mengguyur tubuhku
Ingin aku berlari ke segala arah
mata angin
Sepanjang hari mengambah jomantara
Bagai elang yang tak kenal lelah
Bukan burung pipit yang patah sayap
Sepasang mata lelah membasah
Sekujur badan gemeretak ngilu
Sendi-sendi tulangku
Serasa menusuk sepanjang waktu
Jarum jam bagai memburu
Tiada henti merabu nyeri tak teperi
Hingga serasa telah tiba di ujung waktu
Oh, wahai gerangan kemanakah
harus kusampaikan
Gulana tak terhingga ini?
Gerangan kemanakah kutambatkan
Renjana perpisahan ini?
Tuhan, izinkan aku mengeluh
Tak ingin kidung pilu merasuk kalbu
Tak ingin tembang lara
menghunjam langitku
Sejak awal kelahiran
Hingga henti detak jantungku
Oh, wahai gerangan dentang apakah itu?
Menyertai bayang-bayang kematian
Kian mendekat
Mendekat
Dan semakin mendekat
Ya Robbana….
Malam semakin kelam
Izinkanlah hamba
Membisikkan pinta
Tak ingin pulang
Sebelum jari-jemari ini
Tuntas mengisahkan
Seribu cerita anak manusia
Mereka yang terpinggirkan
dan terlupakan
Tuhan, izinkan aku
Mohon ampunan-Mu
Sebab terlalu banyak mengadu
Hingga serasa jadi orang
Yang tak tahu malu
Jakarta, 1 Syawal 1444 Hijriyah
Posting Komentar