Pipiet Senja
Pagi ini diawali dengan renungan. Hidup memang pilihan seperti profesi pun begitu. Ada yang pilih dan mengutamakan bisnis semata. Ada yang konsen sebagai seniman sejati.
Contohnya Fanny Jonathans dan dakulah, Betsie. Tiap waktunya, sehari-hari berkutat saja dengan diksi, kosakata. Mikirnya: bagaimana melahirkan karya terindah, agar laris manis. Terutama menginspirasi.
Seolah tak peduli mau punya tabungan, atau bokek setengah mati. Asal bisa makan alakadarnya, sekadar cemilan dan bisa duduk manis depan laptop. Bahagia saja rasanya.
Langka sosok spt Sastri Bakry multi talenta; penyair, Birokrat, Penyanyi, penari plus EO. Salut!
Sejak bergabung dengan Forum Lingkar Pena, aku bisa berkelana dengan karya. Menyebar virus menulis ke pelosok Tanah Air. Bahkan ke beberapa negara, diundang sebagai pembicara, Teroris; Tukang Teror Menulis.
Ini istilah anak-anak TKI Hongkong.
Alhamdulillah, banyak juga yang kemudian menjadi penulis sukses. Mereka masih mengakuiku sebagai suhu, duhai. Mengharu biru rasanya.
Namun, ada saja yang membuatku kesal, tepatnya kecewa. Mereka yang awalnya menganggapku sebagai guru. Ketika kuajak diskusi naskahnya, ada saja ngelesnya.
"Mau ketemuan dengan Bos Anu yang janji kasih modal."
"Sudah janji bikin proposal untuk CSR...."
"Pending ya. Mau bikin kuker sama emak-emak...."
Alamaaaak!
Sudah bisa ditebak macam begini; takkan jadi penulis profesional!
Alhasil, tolong jangan minta nenek-nenek ini sebagai gurumu, ya. Bikin naik tensi saja, preeeetlah!
Posting Komentar