Mengenang Hongkong: Alamak Elinglah, Mbak
Pipiet Senja
Sudah bukan rahasia, di kalangan Pekerja Migran Indonesia di Hongkong berkeliaran pasangan sejenis alias lesbian. Mulai dari yang melakukannya secara diam-diam sampai yang begitu bangga dengan statusnya.
Sejak pertama kali menginjakkan kaki di negeri beton itu tahun 2010 sampai beberapa kali mengunjunginya kembali, pemandangan pasangan sesama jenis di antara mereka mudah saya temukan.
Pernah saya sengaja menghampiri pasangan sejenis yang sedang memangku anak mereka berupa boneka dan bertanya serius. ”Apakah kalian tahu bahwa hubungan cinta sejenis dilarang oleh agama?”
”Weeeei, Mbok’e, enggak laaah!” sahut salah satunya yang berada di posisi laki-laki. ”Yang berdosa dan dilarang agama itu kan hubungan laki-laki dan perempuan. Kalau kayak kita mah enggak laaah!” lanjutnya dengan sangat serius.
"Ooooh, begitu ya?” seruku tertahan, kaget setengah mati. Belakangan ada anak PMI yang mewanti-wanti saya agar jangan sembarangan bertanya kepada mereka. Bisa-bisa muka babak belur!
Satu kali saat saya pulang ke Indonesia, melihat pasangan lesbi sedang say goodbye di lobi bandara Hongkong.
Pasangan yang berposisi sebagai perempuan harus pulang ke kampung halaman. Waduuuh, hebohnya perpisahan mereka. Tentu saja ada acara peluk-kecup yang berurai air mata segala.
Nah, kebetulan ”sang istri” dengan boneka di pelukannya itu satu pesawat dengan saya, menempati bangku di belakang.
Sepanjang perjalanan Hongkong-Jakarta, dia mengoceh terus dengan anaknya, eh, bonekanya. Alamak, sungguh tak habis pikir.
Begitu pesawat sudah mendarat, ada yang teriak dari belakang, ”Mbaaaak, eling toh Mbak. Eliiiing! Nanti diangkut ke RSJ, mau taaaak?”
Baarokallahu fiik bunda 😍 -dafa
BalasHapusPosting Komentar