Assalamu’alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Sahabat fillah, ternyata yang datang pertama kali dari pintu Shafa adalah Muhammad. Orang orang pun bersorak lega.
"Ini dia Al Amin" seru mereka. "Dia adalah orang yang bisa dipercaya. Kami yakin dia bisa memecahkan persoalan ini. Kami akan menerima putusannya. "
Orang-orang Quraisy pun menceritakan persoalan yang mereka alami. Muhammad yang saat itu belum berumur 30 tahun, memandang mereka dengan matanya yang teduh dan bijaksana. Muhammad melihat berkobarnya api permusuhan pada mata setiap orang dari masing masing kabilah Quraisy. Keadaan ini benar-benar genting. Kalau salah mengambil keputusan, akan terjadi pertumpahan darah diantara kabilah-kabilah itu.
Muhammad berpikir sejenak, lalu dia berkata," tolong bawakan sehelai kain."
Kain pun segera diberikan. Muhammad mengambil dan menghamparkan kain itu. Dia lalu mendekati Hajar Aswad. Diangkatnya batu hitam itu dan diletakkan di tengah-tengah.
"Hendaknya, setiap ketua kabilah memegang ujung kain ini," kata beliau lagi.
Kemudian, para ketua kabilah memegang ujung kain dan bersama sama mengangkat Hajar Aswad. Di tempat Hajar Aswad semula berada. Muhammad mengangkat dan meletakkannya kembali.
Semua pihak merasa amat puas dengan keputusan Muhammad yang adil itu. Demikianlah, pada waktu muda. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah menjadi orang yang cerdas dan bijaksana.
*HAJAR ASWAD DICURI*
Tanggal 18 Januari 930 muncul 1500 orang gerombolan sekte Qaramithah yang menyusup dalam rombongan jamaah haji. Enam hari kemudian, mereka mencuri dan menyandera Hajar Aswad. Lebih dari dua puluh tahun kemudian, yaitu tahun 951 masehi. Khalifah Al Mansur dari dinasti Fatimiah menebusnya dengan harga luar biasa dan mengembalikannya ke Mekah.
*Kisah ini diambil dari Buku Muhammad Teladanku*
Posting Komentar