Andra Ryandra Andra
Cerita di Warung Bakso
Pas lagi makan bakso kemarin saya lihat sepasang suami istri dengan dua orang anak yang juga sedang asyik makan bakso. Satu anak yang masih bayi digendong emaknya sedang nenen. Si emak makan sambil nenenin anak. Seorang anak lagi sekitar usia lima atau enam tahunan sedang makan bakso sendiri. Bapake juga sedang makan bakso dengan khusyuk.
Nggak berapa lama terdengar teguran si Bapak ke anaknya yang nggak bisa motongin lontong untuk baksonya. Si Bapak menyuruh emaknya yang motongin lontong karena si anak nggak bisa. Jadilah si emak meninggalkan mangkok baksonya untuk membantu anak sulung. Setelah itu, emaknya makan lagi.
Adek bayinya kenyang. si Emak menyerahkan bayi itu ke bapaknya biar bisa menyuapi anak sulung. Namanya juga bocah yak. Makannya berantakan. Si Bapak nggak suka. Pas lagi nyuap, bayinya bagun lagi dan si bapak langsung memberikan bayinya ke emak. Sekarang tugas si emak adalah menyuapi anak pertama dan menyusui anak kedua. Mangkok baksonya terlupakan. Si Bapak duduk sambil main HP.
Mulai panas?
Oke, ini finalnya.
Saat si anak sulung selesai makan, si emak menyelesaikan mangkok baksonya yang jelas sudah dingin. Si bapak nggak sabar dan langsung bilang, "Makan begitu aja lama banget. cepetan!"
Kalau nggak karena Drey ... eh, salah Odey maksudnya. sudah saya siram tu bapak-bapak pakai kuah bakso pedes saya kayak Savanna nyiram Drey pake espresso panas.
Ya Allaah...
Lha kok segitunya.
Si emak makan dengan terburu-buru, lalu minum dengan terburu-buru juga. Bapaknya bayar makanan, lalu membawa belanjaan ke atas motor. emaknya harus berjuang antara anak sulung dan anak bungsu yang nggak tahu kenapa nggak kelar-kelar mimiknya. Emaknya harus membantu anak sulung naik ke motor, dan berusaha pakai helm dengan tangan satu karena membawa bayi.
Bapake nongkrong di atas motor sambil mengeluh, "cepetan! lama betul!"
Saya memperhatikan semua karena kami satu meja.
Hal seperti ini tidak hanya sekali saya lihat, Mak. Beberapa kali di warung-warung saat sekeluarga makan, pasti emak yang ketiban segala kerepotan. Bapake tugasnya cuma makan, bayar, lalu mengangkut keluarganya kembali pulang.
Jujur saja, saya sedih kalau lihat pemandangan begini. Saya mikir bagaimana kalau saya ada di posisi emak-emak tersebut. Ya, Allaah... ngenes... nggak kebayang antara repot sama malu dilihat orang banyak.
Tulisan ini sebenarnya lebih pas kalau saya tujukan untuk bapak-bapak.
Pak, ingatkah dulu bapak mengejar istri dan memberinya berbagai macam rentengan janji sehidup semati?
Pak, Ingatkah dulu bapak melamar istri dengan janji akan membuatnya bahagia di dunia akherat?
Pak, ingatkah dulu bapak berjuang mati-matian untuk mendapatkannya?
Apa semua perjuangan itu memang hanya untuk mendapatkan seorang babu?
Istri itu mengabdi kepadamu tanpa bayaran, Pak. Dia harus tunduk kepadamu tanpa bayaran apapun. Bapak kasih uang belanja, larinya juga ke perut bapak dan anak-anak. Bapak kasih uang jajan, larinya juga ke anak-anak.
Istrimu dapat apa, Pak?
Cuma diajak jajan bakso ke depan gang aja sudah seneng bukan main. Istrimu langsung dandan dan ganti baju bagus. Bukan demi apa, pak. Semua untuk menunjukkan kalau dia seneng diajak jalan-jalan.
Eh, begitu sampai di tempat langsung dipermalukan begitu.
Pantaskah?
Mana pertanggungjawaban bapak terhadap apa yang bapak omongkan dulu?
Nggak usah menuntut wakil rakyat yang tidak menepati janji. Bapak sendiri apakah sudah menepati janji kepada istri?
Pak, dalam rumah tangga, rasa hormat itu bukan hanya harus diberikan dari bawah ke atas, melainkan dari atas ke bawah dan yang setara. Kalau bapak terus berpikir bahwa istri adalah bawahan yang bisa diperlakukan seenaknya, masalah nggak akan selesai, Pak. Bapak akan terus menganggap rendah seorang istri dan tidak akan bisa menghargainya.
Tugas pemimpin itu bukan hanya berada di atas dan memberikan perintah. Itu namanya diktator, Pak.
Pemimpin itu...
ing ngarso sung tulodo
ing madyo mangun karso
tut wuri handayani
Di depan memberikan teladan
di tengah membangun
di belakang memberikan dorongan
Ini tugas pemimpin, Pak.
Kalau cuma nyuruh-nyuruh itu anak bayik juga bisa, Pak.
Anak alay yang hobi ngelem juga bisa.
Pak, dia istrimu yang melahirkan keturunanmu. Masa tidak ada sedikit saja penghargaan untuknya?
Pak, dia istrimu yang mengatur makanan yang masuk ke dalam perutmu. Masa tidak ada sedikit saja rasa terima kasih untuknya?
Pak, dia istrimu yang menjaga rumah, hartamu dan harga dirinya demimu. Masa tidak ada sedikit saja cinta yang bisa Bapak berikan kepadanya?
Pak, dia istrimu, madrasah pertama untuk anak-anakmu. Masa tidak ada sedikit saja kasih sayang untuknya?
Pak, bapak itu kepala rumah tangga. Jika bapak tidak bisa memperlakukan istri dengan baik, bagaimana cara istri belajar untuk memberikan perhatian yang baik kepada anak?
Pak, dia istrimu. Dia tidak meminta bayaran karena dia menjalankan semua tugasnya dengan cinta. Tak bisakah Bapak menganggapnya sebagai tulang rusuk yang berada di dada untuk dipeluk?
Jangan sampai nanti bapak sadar setelah dia sudah terlanjur pergi.
Untuk mamak yang memiliki suami penyayang dan penyabar, sudah. Sayangi suamimu, Mak. Di luar sana ada banyak mamak yang tidak beruntung
Posting Komentar