Pipiet Senja
Ingin kubacakan ayat Kursyi
Spesial untukmu Simbok
Sosok bergincu merah menyala
Meskipun senja menggiring bayangmu tiap waktu
Engkau heran dengan kelakuan emak emak yang suka berduyun duyun mendatangi pengajian
Engkau bilang minta maaf jangan dibully
Karena pusing tujuh keliling
Mengapa semakin banyak emak-emak
Suka ke pengajian?
Mau sampai kapan mengaji?
Bagaimana dengan anak anakmu?
Telantar?
Kelaparan?
Mau jadi apa mereka?
Naudzubillahi min dzalik
Ingin kubacakan ayat Kursyi untukmu, Simbok
Umur kita bertaut sepuluh tahun
Aku bertanya kepadamu
Apakah engkau sudah pikun parah?
Apakah engkau tak ada kerjaan selain melecehkan agama?
Kutahu sebelumnya engkau pun telah melecehkan orang pendek
Serta Tukang Bakso
Engkau bilang kepada cucumu
Awas, jangan nikah dengan Tukang Bakso
Mau jadi apa nanti anakmu?
Oh, wahai Simbok yang tetap bergincu merah menyala
Meski senja kian mengerkah tubuhmu
Engkau katakan itu sambil tertawa ngakak terbahak bahak
Bahkan tak sungkan di depan forum para pejabat
Astaghfirulah hal adhim….
Dimanakah gerangan nuranimu sebagai ibu?
Dibuang kemanakah rasa malu dan adabmu?
Mengapa engkau urus sesuatu yang hanya melecehkan wong cilik begitu?
Mengapa tidak kau urus saja ratusan bahkan ribuan kadermu yang doyan korupsi?
Berapa Gubernur, Bupati dan Walikota
Bahkan Menteri Bansos tega memakan duit rakyat yang kelaparan?
Mereka semua kadermu, didikanmu
Ingat, di mana Harun Masiku engkau sembunyikan, Mbok?
Dimanakah ratusan triliun korupsi
engkau tutup dengan apiknya?
Allahu Akbar, serius!
Ingin kubacakan ayat Kursyi untukmu
Spesial Simbok yang termehek mehek
Pelecehkan engkau jadikan hiburan
Sementara waktumu masamu terus jua melindas hari harimu tanpa jeda
Wahai, Simbok bergincu merah menyala yang telah alpa dengan wong cilik para pendukungmu
Ingin kubacakan ayat Kursyi penyinglar setan gentayangan yang merasuki setiap nurani insan kesurupan
Persis seperti Simbok yang semakin merajalela menistakan segala
Bissmilahirrohmanir rohiìiim
Allahu lailaha illa huwal hayul qayyuuum
Lata huduhu sinatu wala naum….
Nanti dilanjutkan, ya Mbok
Bila telah tiba masamu berjabat tangan dengan Malaikat Maut
Sekarang, kusertakan jampi warisan leluhurku
Hooòng hoooong wilahong
Puah, puaah, puaaah!
Sing waras Mbok atau barisan emak emak pengajian menggerudukmu tanpa ampun
Rasakan, wong cilik sejagat telah meninggalkanmu.
Puah, puaah, puaaah!
Jakarta, 20 Februari 2013
Posting Komentar