Dato Prof. Dr. Hashim Yaacob
Kita lari menggendong maruah diri
Resah cemas di bumi sendiri.
Lalu berapakah harga kelangsungan nafas
ketika kita tunduk tewas
terkongkong dan tertindas?
Puluhan tahun kita ketiadaan wajah.
Apakah tanda kehandalan pahlawan
sedang bangsa menjadi suruhan?
Puluhan tahun kita kehilangan rupa,
Di tanah sendiri tuannya siapa?
Betapa bosan dalam kehilangan
Tiada seri di mata, segala malap.
tiada cahaya di jiwa, segala gelap.
Lalu megeluhrintih bangsa bawahan,
karena pendatang berdiri,
mempertidak hak dan menuding jari:
“Kami sebernanya tuan.
Kamu yang lemah adalah suruhan!”
Tetapi segala sementara, segala sementara.
Tidak terbenam inti keberanian.
Tidak terkikis nadi kepahlawanan:
Di Ranah Minangkabau
bangkit Tuanku
Imam Bonjol Muhammad Syahab.
Agus Salim.
Rohana Kudus.
Munusuk sengat pada rantai penjajahan.
Menyekat mara dengan kekuatan sekawan gajah!
Bangkit Dwisatria
anak kandung Minang, Mohammad Hatta
menyantuni Sukarno
menggegar dunia
menuntut merdeka!
Bangkit Abdul Malik Karim Amrullah Buya Hamka.
Ibrahim Datuk Tan Melaka.
Rasuna Said Singa Betina.
dengan kecekalan
bersekang mata membela Nusa!
Bangkit Mohammad Natsir.
Sutan Syahrir.
Muhammad Yunus.
Bagindo Aziz Tan.
dengan kegagahan!
Bangkit Ilyas Yacob.
Mohammad Yamin.
Adnan kapau Ghani.
Hazairin.
Rohana Kudus.
Abdul Muis
dengan kecekalan!
Bangkit segala wira, bangkit!
Bangkit bangsaku memaknakan pertuanan:
berbadai di jiwa membela ibunda
berapi di mata menuntut merdeka!
(Tafakur kita barang seketika)
Kini bagaikan permata,
merdeka di genggaman kita .
Tergenggam juga kebijaksanaan.
Kitalah penentu kelangsungan.
Pengalaman adalah perisai sejati.
Tegap kita dengan mata waspada.
Santun kita dengan telinga budi.
Kita bangunkan tiang yang lima,
dalam rangka hidup bersama.
Kita ukir hala tuju
dengan agama, budaya dan ilmu,
Andalah tuan!
Kitalah tuan!
Dato Profesor Emeritus Dr Hashim Yaacob
Petaling Jaya Malaysia, 23 Januari 2023.
Posting Komentar