Pipiet Senja
Suara kami adalah semesta amarah
Beratus tahun diperas penjajah
Sejak Sunda Kelapa dikuasai Fatahillah
Maka kami bersumpah atasnama Tuhan Yang Maha Esa
Batavia kami namakan kembali Jayakarta
Menjelma sebagai Ibukota Republik Indonesia
Kami bangga menjadi anak bangsa Indonesia
Suara kami adalah jejak langkah para pejuang
Tetesan darah dan nyawa berserak sejak zaman
baheula
Sejak kisah heroik Si Pitung
Sampai Abang Jampang bedog panjang
Kumis melintang bikin jantung noni Belanda
kelepek-kelepek
Kami bangga menjadi anak bangsa Indonesia
Suara kami adalah anak-anak kemerdekaan
Siapa tak kenal Sultan Agung, Diponegoro dari Tanah
Jawa
Panglima Polim, Teuku Umar, Teuku Cik Di Tiro
Laksamana Malahayati, Cut Nyak Dhien dari Bumi
Rencong
Nyi Ageng Serang, Dewi Sartika, RA. Kartini
Dan para Pejuang Kemerdekaan
Kyai Haji Agus Salim, Jenderal Sudirman, Bung
Karno, Bung Hatta
Jenderal Nasution serta Tujuh Pahlawan Revolusi
Jenderal Ahmad Yani dan kawan-kawan
Maka banggalah kami menjadi anak bangsa Indonesia
Suara kami adalah rakyat pinggiran
Pribumi banyak tersingkirkan
Semakin ke pinggir dan ke pinggiran lagi
Minggir, minggir, minggir terus
Sampai penuh sesak di bantaran-bantaran kali butek
Di lumbung-lumbung sampah
Di tempat-tempat kumuh
Berbaur dengan pendatang pencari nafkah
Dari pelosok Nusantara
Meski demikian kami masih bertahan
Sepanjang kehormatan, budaya dan keyakinan
Masih dijaga, dipelihara dan dihormati
Anak Indonesia menerima semua dengan ikhlas
Sekalipun tiap hari kami diuji nyali sejuta
tantangan
Kami jawab; anak Indonesia tegar berjuang!
Suara kami seketika kelu dan beku, Saudaraku
Sejak banyak kecurangan hasil pemilu
Kami dipaksa menyaksi tingkah Si Takada Otake
Bikin utang di mana-mana
Undang-undang dibuat seenak dhewe
Seribu janji diingkari
Semesta harta Pertiwi diobral murah
Kekayaan bangsa alih ke tangan-tangan serakah
Semua dijual kepada gerombolan oligarki
Bangsa asing pun bersimaharaja
Apakah kami harus diam saja?
Maka, dengarlah saudaraku sebangsa dan setanah air!
Jerit tangis perempuan, ibu hamil dan bocah tanpa
dosa
Lansia tuna daksa semua tanpa kecuali
Lihat, lihat, lihatlah saudaraku
Kami seketika menjadi manusia perahu
Darah dan nyawa mendadak murah-meriah
Alangkah kejam! Alangkah zalim! Alangkah jahanam!
Maka kami bertanya kepadamu, wahai Saudaraku!
Siapakah yang pantas menjadi pemimpin Indonesia?
Siapakah yang patut menjadi imam bangsa kita?
Siapakah yang wajib kita jadikan panutan di tanah
tercinta?
Jawabannya ada di hati sanubari sendiri
Namun yang jelas dia bukan si Belimbing Sayur
Bukan si Samsul penerus Takada Otake
Bukan bocah songong ujug-ujug jadi Cawapres
Suara kami adalah untuk pemimpin bangsa yang bijak
Berpihak kepada rakyat hukum dan keadilan
Suara kami adalah demi perubahan
Sebab jiwa raga kami
darah dan nyawa kami
Semua telah menggelegak liar untuk ditumpahkan
Lawan kezaliman!
Lawan keserakahan!
Lawan penjajahan asing-aseng!
Lawan penistaan keyakinan!
Kami hanya pilih nomer satu: AminkanAjaDulu
Allahu Akbar!
Merdeka!
Sukmajaya, 1445 Hijriyah
Posting Komentar