Catatan Cinta di Ujung Senja

 





Pipiet Senja 

Ada seseakun yang kirim opini. Isinya tentang betapa menderitanya menjadi Lansia.

Dia urutkan umur 55 sd 65 begini dan begini, mulai kena penyakitan.

Umur 65 sd 80 ditinggalkan dan banyak kehilangan.

Umur 80 sd akhir hayat, semakin ditinggalkan dan sendirian saja.

Sungguh menyebalkan baca opini yang tak ada harapan begitu. Terutama karena dia bukan bicara tentang dirinya, melainkan tentang kebanyakan orang. 

Demikian menurut penilaiannya, ramalannya yang dijadikan opininya.

Mengapa harus pesimis? Saya lansia 68 masih banyak teman, pembaca yang tegur sapa. Bahkan membantu jika saya kewalahan berobat.  Tiap jualan buku di pengajian selalu laris manis.

Menikmati masa tua bisa dengan apa saja. Tak harus pergaulan sosial. Dari satu reuni ke reuni lainnya? Tidak begitulah, Bestie.

Saatnya berbagi ilmu yang masih kita miliki. Berbahagialah dengan banyak zikrullah, rajin ibadah dan sedekah, tawakal dan tetap dalam lingkungan pengajian.

Meskipun harus bolak-balik urusan rumah sakit, transfusi sepanjang hayat. Saya masih buka kelas menulis. Kebanyakan muridku emak-emak korban Kdrt, anak-anak Thallasemia dan perawat.

Intinya tetaplah bersyukur dengan kondisi Lansia, serapuh apapun.

Marilah, hadapi apapun situasi dan kondisi sekitar kita. Dengan hati dan iman seluas samudera. Oya, banyak mengaji, membaca dan menulislah. Agar tidak cepat pikun.

Dalam perjalanan pulang ceklab.

Depok, 24 Juli 2024

0 Komentar

Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama