Pipiet Senja
Aula PDS HB Jassin, Taman Ismail Marzuki, 30 Juli 2024.
Siang hingga sore ini aula tampak cantik, hadirin kebanyakan kaum Ĥawa.
Cantik, menarik dan berprestasi. Demikian yang terkesan dari suasana Panel Diskusi, buku Menyisir Luka Hati.
Tampak dua Narasumber, Jeeta dan Risty serta si kecil Dita, berjuang keras untuk keluar dari luka hati sebagai korban Kdrt.
Mereka bergabung bersama para penyair, budayawan, jurnalis hari ini. Dengan harapan kisah nyata yang disunting Manini Qania memberikan hikmah, pelajaran untuk sesama perempuan.
Aminah Tardi dari Komnas Perempuan tampil memukau dengan pengalaman sebagai aktivis, pembela korban Kdrt.
"Dalam setahun ini, 2023, tercatat semakin tinggi kasus korban Kdrt," ujarnya memperlihatkan grafik pada videotrone.
"Kita berharap setelah acara diskusi ini, bisa dilanjutkan dengan forum yang lebih sering untuk berkumpul. Diskusi dan penyuluhan bagaimana mengantisipasi pelaku KDRT...."
Diawali baca puisi oleh Linda Djalil, seniman multi talenta, mantan jurnalis istana Presiden, majalah Gatra dan Tempo. Selalu indah dan memukau puisi yang diciptakannya. Meskipun ditulis dalam perjalanan, beberapa menit saja.
Nuyang Jaimee kemudian membawakan ilustrasi dari Bab 2 dengan sepenuh perasaan. Tampak hadirin terpukau dengan gaya Nuyang, sungguh menggetarkan jiwa. Tak sedikit yang menitikkan air mata.
Mereka tersihiŕ mendengar kisah nyata Risty yang diperlakukan keji oleh pelaku.
"Psikopat itu mah si pelaku!"
"Ya, dia melakukan penganiayaan sambil terbahak-bahak bahagia."
Setelah paparan dari Komnas Perempuan, dilanjutkan dengan pembacaan puisi oleh:
Athena Qania, 11 tahun kelas 6 SD Tugu Ibu Depok. Ia membacakan puisi karyanya sendiri dalam bahasa Inggris dengan percaya diri, penuh perasaan.
Mendapat sambutan meriah dan decak kagum, anak semata wayang Zhizhi Siregar, kembali ke deretan bangku di belakang sang nenek.
Fanny Jonathans dengan penuh semangat membara, menyuarakan puisinya: lawan Kdrt. Kalau perlu beri saja arsenik dikit-dikit, katanya, disambut hadirin dengan tepuk tangan riuh rendah.
Evan Ys pun membawakan puisi karya saya, Tuhan, Izinkan Aku dengan sepenuh hati. Tak terasa ada air bening merembes dari sudut-sudut mata ini.
Karenina Nina dan seorang rekan penyair menutup Diskusi ini menjelang sore.
Terima kasih sahabatku, kehadiran Anda semua menghangatkan hati Risty dan Jeeta, Ibu kandungnya. Semoga luka hati mereka dapat terobati. Meskipun pelaku yang mengaku Ustad, bebas tebar pesona di Inggris, melanjutkan S3.
Saya berharap banyak hikmah dan pembelajaran yang bisa dipetik dari buku kisah inspiratif; Menyisir Luka Hati.
Ya, ini bukan bedah buku melainkan Panel Diskusi. Kita nantikan, apakah ada sponsor untuk memfasilitasi bedah bukunya.
Salam Literasi
Depok , 31 Juli 2024
Posting Komentar