Ketika Palgunadi Berjumpa Kata dan Nada



Dwi Sutarjantono

Dalam dunia pewayangan, kita banyak mengenal Arjuna, sosok ksatria yang ganteng dan sakti mandraguna yang juga punya nama lain Palguna. Tetapi yang jarang dikenal, ada sosok lain ksatria bernama Palgunadi, atau dikenal juga sebagai Bambang Palgunadi.

Palgunadi ini ternyata adalah ksatria yang juga ingin homeschooling kepada Resi Durna karena hanya "Profesor Doktor" Durna yang jago ilmu panahan. Tetapi apalah daya, mahaguru ini menolak karena ia sudah tanda tangan kontrak hanya mengajar di "yayasan" Pandawa dan Kurawa saja.

Rawe-rawe rantas, malang-malang putung. Palgunadi tidak menyerah. Ia tidak patah semangat. Bahkan ia membuat patung "gurunya" Durna dan terus berlatih secara otodidak seolah-olah dia sedang dilatih langsung oleh Durna. Pendek kata, Palgunadi bisa sukses bahkan akhirnya ada masa bertemu dan bertempur dengan Arjuna atau Palguna dan Palgunadi menang. Orang yang ditolak belajar oleh sang guru, bisa belajar sendiri dan sukses.

Di zaman yang serba cepat dan penuh dengan perubahan ini, belajar tidak lagi harus terbatas pada dinding-dinding sekolah formal. Banyak individu yang berhasil mencapai kesuksesan dan menguasai berbagai bidang ilmu dengan belajar secara mandiri.

Lalu apa hubungannya dengan  Palgunadi? Kisah Palgunadi dalam pewayangan memberikan kita inspirasi bahwa dengan kemandirian, tekad, dan hal-hal positif lainnya, siapa pun dia, bisa mencapai tingkat keahlian yang luar biasa. Palgunadi, yang belajar ilmu kesaktian tanpa bimbingan dari guru atau resi, menunjukkan bahwa dengan kemandirian, seseorang bisa mencapai keahlian yang luar biasa. 

Tanpa bergantung pada guru atau institusi, Palgunadi mampu menguasai ilmu kesaktian melalui dedikasi dan disiplin diri. Dalam konteks modern, kemandirian bisa diterapkan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada, seperti buku, internet, kursus online, dan komunitas belajar.

Tentunya juga menghadapi berbagai rintangan dengan ketekunan. Dalam kehidupan nyata, tekad yang kuat inilah yang membantu kita tetap fokus pada tujuan meskipun menghadapi tantangan. Dengan tekad, seseorang dapat terus belajar dan berkembang, mengatasi kesulitan, dan menemukan solusi kreatif untuk masalah yang dihadapi.

Komunitas Satupena DKI Jakarta meluncurkan satu buku menarik berjudul Ketika Kata dan Nada Berjumpa. Buku ini pada intinya adalah buku kumpulan puisi "biasa". Beberapa penulis yang ada di naungan Satupena DKI Jakarta mengumpulkan puisi dan membukukannya. Biasa. Namun yang membuat tidak biasa adalah ketika ada kreativitas lain yang dilakukan hampir semuanya secara otodidak karena niat, tekad, dan kemandirian yang besar. Mereka menjadikannya puisi yang dilahirkan bersama dengan musik. 

Berbeda dengan musikalisasi puisi yang memang menjadikan puisi sebagai lirik lagu. Puisi diubah menjadi lirik yang karena kebutuhan lagu, maka teks-teks puisi bisa diulang-ulang, dijadikan refrain, intro dan sebagainya. Namun dalam buku ini, puisi yang ada tanpa diubah dilagukan dan dinyanyikan persis seperti teks puisi apa adanya 

Masing-masing puisi dalam buku ini dijadikan lagu oleh sastrawan Akmal Nasery Basral. Apakah beliau seorang musisi? Bisa jadi. Tetapi beliau belajar sendiri menggunakan teknologi AI yang saat ini sedang tren dan menggubah puisi-puisi yang ada menjadi sebuah lagu. Beliau menggunakan prompt yang disesuaikan dengan jiwa masing-masing puisi, memilih instrument-instrumen khusus sehingga makna dan jiwa ini semakin kuat tertancap. Ini yang saya anggap membawa semangat Palgunadi.

Tidak hanya itu, bahkan puisi yang sudah dilagukan itupun tidak hanya begitu saja disajikan, melainkan dikemas secara menarik menggabungkan YouTube dan dijadikan tampilan video oleh anggota lain yang bukan YouTuber, yang pekerjaan sehari-harinya mengurus Taman Kanak-Kanak. Ini pun dilakukan secara otodidak. Karena belum pernah sekalipun beliau membuat video you tube.

Apakah hasilnya sudah maksimal? Ini soal lain. Silakan Anda kaji. Tetapi yang mau saya garis bawahi adalah bahwa kita semua saat ini sudah harus memiliki tekad dan kemandirian yang kuat. Kita harus mampu sukses dan berhasil meskipun harus mencari sendiri jalannya. Apa pun kondisi kita saat ini. Tertolak, tak punya apa-apa, tak punya. Siapa-siapa… Silakan mencari sendiri. Bukankah sudah banyak contoh yang "mencari" lebih "sukses" daripada orang yang hanya "menerima"?

Mari kita cari dan temukan kesuksesan dan keberhasilan dalam diri kita sendiri. Seperti Palgunadi. *(Dwi Sutarjantono, penulis/mind programmer)*

0 Komentar

Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama