Mengapa Sastrawan Menolak Perkumpulan Penulis?



Nia Samsihono 

Indonesia Nusantara

16 Juli 2024

JAKARTA, Berita Merdeka Online – Telah diberitakan di sebuah media di Sumatra Barat bahwa sekelompok sastrawan Payakumbuh menolak kehadiran Satupena, sebuah perkumpulan penulis di Indonesia di wilayahnya. Mengapa demikian? Apakah sastrawan itu dan apa perkumpulan penulis tentu saja pengertian dua kata itu sangat penting, karena dengan memahami arti kedua kata itu kita akan menjadi paham apa saja yang dilakukan oleh kedua kelompok tersebut.

Sastrawan atau penulis adalah individu yang mengabdikan dirinya pada seni menulis dan menciptakan karya sastra. Mereka biasanya adalah para penulis yang fokus pada karya-karya sastra seperti puisi, novel, cerpen, drama, esai sastra, dan bentuk-bentuk tulisan kreatif lainnya yang memiliki nilai estetika dan literer tinggi Alasan mengapa beberapa sastrawan menolak bergabung dengan perkumpulan penulis bisa beragam dan kompleks. Kebanyakan sastrawan sangat menghargai kebebasan kreatif mereka. Bergabung dengan suatu perkumpulan penulis bisa berarti harus mengikuti aturan, norma, atau standar tertentu yang ditetapkan oleh organisasi tersebut. Beberapa penulis merasa bahwa ini dapat membatasi ekspresi mereka dan menghambat inovasi dalam karya-karya mereka. 

Bagi sastrawan jika ada perkumpulan sastrawan akan dimanfaatkan oleh para sastrawan sebagai sarana berkumpul dan berkarya. Perkumpulan sastrawan memiliki berbagai fungsi penting, antara lain sebagai tempat bagi para sastrawan untuk berkumpul, berdiskusi, dan bertukar ide.

Perbedaan antara perkumpulan sastrawan dan perkumpulan penulis dapat dilihat dari beberapa aspek, termasuk definisi, tujuan, fokus, dan aktivitas masing-masing. Perkumpulan sastrawan merupakan komunitas yang anggotanya terdiri atas individu-individu yang menekuni dunia sastra. Mereka bertujuan memajukan, melestarikan, dan mengembangkan sastra. Fokus utama mereka pada kualitas dan nilai artistik dari karya sastra. 

Sedangkan perkumpulan penulis itu organisasi yang lebih luas dan inklusif. Anggotanya dari berbagai jenis penulis, tidak hanya karya sastra, tetapi juga artikel, buku non-fiksi, jurnalisme, blog, naskah,, dan lainnya. Tujuan perkumpulan penulis lebih beragam sesuai minat anggotanya. Mereka mungkin bertujuan untuk memberikan dukungan profesional, peluang jaringan, pelatihan menulis, publikasi karya, serta advokasi hak-hak penulis.

Lalu mengapa sastrawan Payakumbuh menyatakan menolak kehadiran Satupena di Payakumbuh, Sumatra Barat? Satupena adalah Perkumpulan Penulis Indonesia bukan hanya penulis sastra atau puisi esai, tetapi juga penulis nonsastra. Mungkin para sastrawan itu tidak mengenal Satupena.dan sejarahnya. 

Ketika itu, Ketua Umum Persatuan Penulis Indonesia (Satupena), Dr Nasir Tamara melalui surat resmi bertanggal 30 Juli 2021 menegaskan, penyelenggaraan Rapat Anggota (RA) Satupena akan dilangsungkan pada tanggal 15 dan 16 Agustus 2021. Penetapan jadwal itu berdasarkan hasil keputusan rapat Steering Committee (SC) yang diketuai Cheppy Hakim dengan anggota Azyumardi Azra, Ilham Bintang, Nasihin Masha, Komaruddin Hidayat, dan Eka Budianta pada tanggal 20 Juli 2021. Nasir menjelaskan, dalam Rapat Anggota Satupena nanti akan dibahas masalah perubahan AD, visi dan misi, pendataan anggota secara proaktif, program kerja jangka menengah dan jangka panjang menjawab tantangan digital, pembiayaan organisasi, dan pemilihan Badan Pengurus Satupena periode 2021-2026.

Sementara itu, ternyata ada kegiatan lain yang mengatasnamakan Satupena dengan ketua bukan Nasir Tamara dengan pengurus baru akan mengadakan Rapat Luar Biasa Anggota. Sekretaris Umum Satupena, Wina Armada menyatakan bahwa apa yang diusulkan pihak lain untuk menyelenggarakan RLBA tanpa ditandatangani oleh para anggota, sehingga RLBA itu tidak sah dan tidak sesuai dengan AD.

Lebih 200 penulis Indonesia tetap mendukung kepemimpinan Ketua Umum Nasir Tamara. Akhirnya Perkumpulan Penulis Indonesia Satupena merampungkan pemilihan Badan Pengurus untuk periode 2021-2026. Susunan pengurus tersebut ditunjuk dan difinalisasi oleh Dewan Formatur pada Kamis, 19 Agustus 2021. Dewan Formatur, yaitu Chappy Hakim, Profesor Azyumardi Azra, Ilham Bintang, Wina Armada, Profesor Didin S Damanhuri, Nasir Tamara, Inda Citraninda Noehadi, Denny JA, dan Swary Utami. Ketika itu, Dewan Formatur secara aklamasi memilih Denny JA selaku Ketua Umum Satupena periode 2021-2026 dengan organisasi payungnya Hati Pena. 

Dewan Formatur menyetujui tujuh program unggulan dari Denny JA. “Saya terpilih karena membawa program,” ujar Denny JA. Akhirnya, Satupena diketuai oleh Denny JA, Swary Utami Dewi sebagai Wakil Ketua Umum Satupena, kemudian Satrio Arismunandar sebagai Sekretaris Jenderal Satupena, dan Bendahara dijabat Ajisatria Soelaiman. Adapun Dewan penasihat Satupena, yaitu Chappy Hakim, Azyumardi Azra, Ilham Bintang, Wina Armada, Didin Damanhuri, Nasir Tamara, dan Inda Citraninda Noehadi.

Denny JA memiliki tujuh rencana program. Pertama pemberian award bagi penulis terbaik. Kedua, Satupena dan Hatipena akan menjadi perpustakaan dunia bagi anggota secara gratis. Satupena akan menyediakan akses perpustakaan kepada ribuan jurnal akademik di JSTOR, dan akses kepada perpustakaan terbaik dunia. Ketiga, print on demand menerbitkan karya anggota.

Satupena membuat usaha atau sekurangnya bekerja sama dengan usaha print in demand. Keempat, Satupena membuat akun YouTube Semua Tentang Penulis. Kelima, Satupena menggelar diskusi bentuk webinar dua mingguan mengenai buku. Keenam Satupena akan membentuk tim mencari pola kerja sama dengan Netflix, dan sejenisnya, juga industri lain untuk menyalurkan karya penulis berupa skenario, dan lainnya agar ikut meramaikan dunia industri masa kini. Ketujuh, menciptakan lingkungan kebijakan yang ramah penulis.

Ketika itu, ada dua organisasi atau komunitas memiliki nama yang sama, yaitu Satupena. Pada akhirnya organisasi atau perkumpulan penulis Satupena yang diketuai Denny JA disahkan oleh Kemenkumham sebagai yang berhak menggunakan nama Satupena. Kelompok yang berlawanan dengan kelompok Nasir Tamara mendirikan perkumpulan penulis bernama Alinea.

Menurut informasi dari Denny JA, Satupena dan Alinea akur-akur saja, yang satu tidak menyerang yang lain. Denny JA membentuk kepengurusan Satupena di semua provinsi. Pada waktu kepemimpinan sebelumnya, tidak ada kepengurusan Satupena di setiap provinsi. Denny JA aktif menggerakkan pengurus Satupena di setiap provinsi. Tentu saja yang senang dan tidak, yang menerima dan tidak, selalu terjadi terhadap apa pun. Selain itu, Denny JA juga menjalankan program-programnya satu per satu, antara lain memberikan award bagi penulis terbaik, mengumpulkan dan memilih buku dari bidang sastra dan bidang lainnya sejumlah 100 buku yang sangat bermanfaat atas perkembangan negara Indonesia. 

Buku-buku tersebut sedianya untuk dibaca masyarakat khususnya anggota Satupena Indonesia agar paham bahwa pemikiran yang ada dalam buku-buku itu mendampingi dan menjadi acuan berkembangnya negara Indonesia. Sepuluh buku dari 100 buku sudah diterbitkan ulang oleh Satupena Indonesia dan disebar ke masyarakat sebagai contoh. Satupena bekerja sama dengan institusi tertentu membuat Kartu Anggota yang dapat digunakan untuk naik Trans Jakarta, Commuter Line, Akses Tol, dan lainnya. Satupena bekerja sama dengan Gramedia menerbitkan buku para anggota secara digital. Satupena membuat buku Direktori Penulis Satupena Indonesia.

Kegiatan Perkumpulan Penulis Satupena tetap berjalan sesuai dengan hakikatnya sebagai perkumpulan penulis. Denny JA mengatakan, “Itu hal yang biasa saja. Toh tak ada pula pengaruhnya, untuk kasus Payakumbuh.” Oleh karena itu, riak-riak orang menolak atau menerima, apa pun alasannya, biarkan saja, lanjut Denny JA. Di Payakumbuh, Sumatra Barat, Satupena Sumatra Barat diketuai oleh Sastri Bakri yang terus mengajak anggotanya di Sumatra Barat untuk berkarya dan berkarya. Uni Sastri begitu bersemangat melakukan kegiatan tulis-menulis bersama anggota Satupena Sumatra Barat.

Jadi, “sastrawan” Payakumbuh mesti memahami apa itu arti sastrawan dan apa itu arti perkumpulan penulis. Sastrawan adalah individu yang berkecimpung dalam dunia sastra, menciptakan karya-karya tulis yang menggambarkan keindahan bahasa, kedalaman makna, serta keunikan ekspresi. Karya-karya mereka menjadi cerminan zaman dan tetap relevan sepanjang masa, mengingatkan kita akan pentingnya sastra dalam kehidupan manusia.

Sedangkan perkumpulan penulis adalah individu-individu yang memiliki minat dan keterampilan dalam menulis, tidak sebatas karya sastra. Perkumpulan ini bertujuan untuk mendukung anggotanya dalam mengembangkan kemampuan menulis, berbagi pengetahuan, serta membangun jaringan sosial dan profesional.

Satupena sebagai sebuah perkumpulan penulis tetap bergerak membawa penulis ke arah peningkatan diri dalam menulis dan memperbanyak hasil tulisan yang akan dibaca oleh masyarakat dan bermanfaat hasilnya di mana pun berada di Indonesia dan tidak ada sekat-sekat kedaerahan.

Penulis: Nia Samsihono, Ketua Umum Satupena DKI Jakarta

0 Komentar

Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama