Mengenang Yudhistira Ardhi Massardi





Pipiet Senja 

Hari ini 100 harinya kepergian saudara kembar Noorca M. Massardi

Al Fatihah untuk Yudhistira Ardhi Nugraha

Catatan Cinta Lansia 

Kalian berdua yang membuatku dahulu kala,  tertawan untuk menjadi seorang penulis. 

Ketika itu, 1975_1978, aku sudah tidak sekolah formal. Mengungsi di Ponpes Rangkasbitung, Banten, banyak belajar tentang ikhlas, berdamai dengan garis takdirNya.

Saat itulah kubaca karya dua bersaudara kembar yang berasal dari Subang ini. Ada kagum dan menyelip hasrat; ingin bisa seperti mereka.

Bisa menulis puisi, cerpen hal beraroma Literasi Sastra.

Namun, aku baru berani lempar karya di media Bandung saja. Belum punya keberanian untuk kirim karya ke media Ibukota.

Sampai kukenal dua nama ini; Yudhistra dan Noorca. 

Eeeeh, orang Subang euy!

Hayu, ah, ikutan hebohkan jagat literasi Ibukota.

Maka, saat 5 puisi perdanaku langsung dimuat di majalah Aktuil, jreeeeng!

Sejak itulah semangat menulisku berkobar. Tiap hari menulis dan mengirimkannya ke media-media Ibukota.

Ya, tiada hari tanpa menulis.

Meskipun lagi di ranjang rumah sakit, tetap menulis, menulis dan menulis!

Wahai, sahabat Literasi, maka menulislah tanpa henti. Agar kita tetap mewarnai langit literasi Indoneaia dengan karya.

Meskipun kini memasuki era digital, tetaplah menulis sebagai penyeimbang zaman.

Usah segan bertanding dengan anak-anak penulis Platform. Mereka yang hanya menulis demi cuan. Menyebar aroma gelinjang asmara di ranjang, bersama pelakor.

Mari, kita seimbangkan dengan karya-karya mencerahkan, inspiratif dan...., tralala: keindahan Sastra budaya bangsa.

Salam Semesta Literasi.

Depok, 10 Juli 2024

0 Komentar

Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama