Pipiet Senja
Sosok Datuk kukenal sejak lama
Di bangku kelas dua SD inpres
Sebuah bukumu teronggok
Di rak perpustakaan
Yang selalu kosong dan berdebu
Ditunggui seorang pensiunan guru
Kukenal lautan katamu, Datuk
Sejak Benteng dan Tirani
Mataku nanar menyisiri
Kata demi kata yang terpatri
Tak kurasai jemu sama sekali
Aku pun merambah
Ladang Jagungmu, Datuk
Ikut merasai aura rindumu
Permai tanah airku
Sentosa negeriku
Kibar merah putih benderaku
Amboi, nasionalis sejati
Datukku satu ini
Aku damba dengan dendangmu, Datuk
Rindu Rosulmu meremas hati
Membuatku kepingin jumpa
Junjungan kita bersama
Duhai, sungguh saleh
Datukku satu ini
Aku pun terhenyak luar biasa
Manakala kudengar Datuk bicara
Tentang lagu klasik negeri tercinta
Aku Malu Menjadi Bangsa Indonesia
Aduhai, pemarah pula
Datukku tercinta ini
Namun kutahu itu kemarahan kita bersama
Suatu kali aku pun dibuat ikut morang-maring
Siang bolong Datuk teriak lantang
Tentang maling-maling
Tentang koruptor
Tentang ketakadilan
Tentang kebobrokan
Tentang kemaksiatan
Tentang asusila
Dan pencabulan karya
Wahai, jelas sudah
betapa luhur pengabdianmu
tiada pernah luntur
Masih kulihat sosokmu kini, Datuk
Di depan kami engkau menunduk
Itulah ilmu padi yang Datuk maknai
Bikin kami malu hati
Kiranya yang patut kami sampaikan di sini
Selamat ulang tahun, Datuk
Semoga tak terjamah alergi dan batuk-batuk
Meski punggungmu telah bungkuk
Kutahu pasti
Semangatmu tiada
pernah henti
Samudera katamu
akan dikenang
Semua generasi
Ultah Taufiq Ismail ke-76
Umroh bersama Datuk dan Snada Travel
Cordova Faisal Sukmawinata
Pipiet Senja, Depok 25 Juni 2006
@@@
Posting Komentar