Catatan Ewith Bahar
Sejumlah 189 tokoh Sastra, Bahasa dan literasi diundang Menteri Dikdasmen, Prof. Dr. Abdul Mu'ti, M.Ed. untuk ngariung sersan (serius tapi santai) di pelataran gedung Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa di Daksinapati, Rawamangun, pada Jumat malam 8 November 2024.
Meskipun sepertinya yang paling pas adalah dengan Menteri Kebudayaan, namun sikap Pak Mu'ti yang bersedia bertemu dengan Kami patut mendapat apresiasi tinggi.
Menteri2 pendahulunya agak susah untuk diajak temu muka seperti ini. Bertemu untuk berbincang mencari solusi dari berbagai persoalan di dunia sastra atau jagat literasi. Apakah justru karena kurang menguasai persoalan makanya susah diajak ketemu ya? Wallaahu alam.
Prof. Dr. Abdul Mu'ti tidak cuma hadir di panggung, seperti kebiasaan para petinggi yang pelit waktu. Ia membaur juga di ruang makan malam dan ngobrol santai, tanpa kawalan atau apalah itu. Sebuah relasi yang positif pun langsung terbangun. Mungkin karena beliau juga seorang penulis. Ini antara lain beberapa buku Pak Mu'ti:
Konvergensi Muslim dan Kristen Dalam Pendidikan (2009), Inkulturasi Islam (2009), Pluralisme Positif: Konsep dan Implementasi Dalam Pendidikan (2019), Toleransi Yang Otentik: Menghadirkan Nilai Kemanusiaan dan Keterbukaan Dalam Beragama, Berpolitik dan Peradaban Global (2019)
Pak Mu'ti yang kelahiran tahun 1968 ini, merupakan seorang cendekiawan yang memiliki porsi seimbang perihal religiusitas dan sekulernya. Ia lulus jenjang Strata 1 dari IAIN Walisongo - Semarang, mendapatkan gelar S2 dari Universitas Flinders di Australia, sempat menempuh pendidikan jangka pendek juga di Birmingham - Inggris dan menyelesaikan program S3 di UIN Syarif Hidayatullah - Jakarta, dimana kemudian ia menjadi Guru Besar di kampus tersebut.
Prof. Mu'ti diangkat menjadi Ketua Badan Standard Nasional Pendidikan pada 2019, kemudian dibubarkan Nadiem Makarim dan ramai menuai reaksi pro kontra. Pak Mu'ti aktivis Muhammadiyah yang moderat dan toleran ini, di kancah internasional, namanya juga cukup diperhitungkan. Ia Ketua Umum Indonesia Conference on Religion and Peace (ICRP) (2023-2028), juga menjadi advisor British Council Advisory Board, London (2006-2008), Executive Committee of Asian Conference of Religion for Peace (2010-2015), juga anggota Indonesia-United States Council on Religion and Pluralism (2016-sekarang), dan oleh Kementerian Agama RI diangkat sebagai muballigh yang direkomendasikan.
Terima kasih untuk acara ngariungnya, Pak Mu'ti, semoga satu demi satu benang kusut persoalan bisa diurai.
Terima kasih Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa yang telah memfasilitasi.
Posting Komentar