Pipiet Senja
Sebelum lupa kenangan bersamamu ketika kanak-kanak. Mau kukisahkan ulang, bagaimana lucu dan menggemaskannya
Balitaku yang kupanggil:Butet.
Ketika para pasien kanker dikemo, aku berada di antara mereka di poliklinik Haematologi. Dulu pasien kanker dan Thaller disatukan di lantai 2.
Engkau mengiming-iming buku cerita, riuh suaramu bercerita. Seakan sudah bisa membaca. Padahal umurmu baru 2 tahun. Orang seruangan mengira kamu sudah bisa membaca dengan lancar. Padahal buku cerita karyàku itu sudah ngelotok di kepalamu.
Kemudian engkau akan menari-nari lincah, meniru penari Jaipongan. Entah belajar di mana. Sebab boro-boro membawamu les menari, untuk makan sehari-hari saja sering jual koran bekas.
Suster Bimbingan, halak hita yang sangat pedulian itu, paling tak tahan segera memangkumu sambil bilang;
"Aku bawa ini si Butet, ya Eda. Biar pilih sendiri mainan dan makanan yang dia suka."
Aku pun tak bisa menolak. Darah masih banyak dan menetes satu-satu.
Seorang perawat berkata:"Kalau di Poli Thallasemia anak sana, orang tua yang nungguin anaknya ditransfusi. Di sini bocah yang sibuk menghibur mamanya ngedrakuli...."
Tahun berganti tahun engkau sudah paham, bagaimana kondisi emakmu. Engkau termasuk anak yang tahu diri, langka menyusahkan. Sebaliknya sebisamu selalu gerak cepat meringankan bebanku.
Ketika kelas 5 SD engkau telah bisa menulis novel ABG. Mengantarkan sendiri ke penerbit, tanpa membawa nama Pipiet Senja. Baru kutahu ketika dihubungi editor yang mengenalimu sebagai putriku.
Honor pertama 4 juta dari naskah novel ABG semua dipersembahkan untukku.
"Ini kulkas, mesin cuci buat Mama. Kulkas biar kita bisa simpan makanan tahan lama. Mesin cuci biar tangan Mama fokus saja untuk menulis...."
Alangkah dewasanya dirimu pada umur 11 itu. Engkau hanya menyisihkan sedikit untuk beli novel Harry Porter dalam bahasa Inggris.
Ya, hasil jalan kaki berkilo-kilo, penjaga penyewaan buku, engkau pun sudah fasih cakap Inggris.
Prestasi demi prestasi engkau raih dengan senyap. Jauh dari hebohan, apalagi pakai gembar-gembor segala.
Masa remajamu fokus untuk belajar, menulis dan semakin sering beri kejutan.
Tak lama setelah diwisuda S1 dari FHUI, tiba-tiba engkau minta aku segera pulang dari Hongkong.
"Butet mau merit, Mama, restuilah...."
Betapa terkejutnya daku. Umurmu baru 21, Anakku!
RSUI, 10 Februari 2025
Bersambung
Posting Komentar