Batuk Pun Lenyap di Mahad




Pipiet Senja 

Anno, 2022

Lakon Manini memang sering ajaib, begitu komentar sahabatku di Negeri Beton. Benar sekali, harus diakui demikian. Tak bisa kusangkal ada banyak keajaiban terjadi sepanjang sejarah hidupku.

Fakta!

Coba jika kurinci sekilas saja. Mulai dari vonis dokter yang bilang; umur nih anak paling beberapa bulan lagi. Fakta hingga 68 tahun masih bertahan, berjuang sambil menikmati keseharian bersama anak cucu.

Mustahil bisa melahirkan normal dengan ukuran limpa S7 begitu. Fakta, melahirkan normal dua anak yang sehat-sehat, tanpa gen thallasemia.

Dinyatakan in-coma selama 5 hari saat diangkat limpa plus kandung empedu. Fakta, sukses pulang dengan jalan kaki dari ruang perawatan menuju parkiran RSCM. Sebulan kemudian sudak berkelana ke beberapa negara tetangga. Menyebar virus menulis.

Mustahil bisa lolos dari HCU Wisma Atlet, terpapar Covid-19 dengan komorbid segambrengan begitu. Fakta, boleh pulang setelah dikarantina12 hari dengan kondisi sehat, kuat dan semangat tinggi untuk berkarya, mengabdi, berbakti kembali. Bagimu negeri, Indonesia; Allahu Akbar!

Banyak lagi, bisa berbuku-buku jika dituliskan, Sodara!

Sekitar sebulan yang lalu, jalanku terpincang-pincang nyeri dan ngilu lutut kiri, ketika singgah ke Mahad Askar Kauny Cinere. Sholat tidak bisa tumaninah, tidak bisa duduk di antara sujud dengan baik dan benar.

Ceritanya, agendaku kelas menulis dengan target menerbitkan buku karya bersama santri Mahad Askar Kauny Cinere.

Nah, begitu ikut berjamaah sholat Ashar di Musholah,  bangunan yang diresmikan pada 2017 itu, tanpa kusadari kakiku bisa kulipat dan duduk dengan tumaninah. Begitu berkali-kali dalam tempo cukup lama. Ya, kakiku sembuh, bisa duduk dengan baik dan benar tanpa rasa nyeri dan ngilul lagi. Allahu Akbar!

Karena batuk parah, terpaksa stop dulu tidak melanjutkan program kelas menulis untuk santri Mahad Askar Kauny. Namun, seminggu kemudian aku memutuskan kembali ke Cinere. Butet sempat menyatakan keberatan. Meskipun hasil tes swab negatif, dia bilang: ”Kondisi Mama rentan. Sekarang yang terkena Omicron itu Lansia dan Balita.”

Ketika dia dan anakya pergi, maka  segera aku pun berkemas. “Teteh ke Mahad Cinere dulu,ya Maeci,” kataku kepada adikku yang sibuk membersihkan rumah.

“Iya, hati-hati di jalan, ya Teteh,” ujarnya seraya mengantarku, membawakan buku-buku untuk  Askar Kauny ke dalam mobil online.

Bada Ashar selama dua jam, nenek-nenek kini dengan semangat menggelar kelas menulis. Sudah memasuki tahap praktek menulis, kemudian hasilnya dibacakan sendiri di depan teman-temannya.

Mulai kurasakan keajaiban itu. Suaraku sama sekali tidak serak, bahkan lantang apalagi saat mempraktekan contoh Orasi. Serius, suaraku lantang saja sepanjang kelas menulis itu. Alhamdulillah.

Anak-anak santri tampak sukacita, apalagi saat melihat Manini Orasi. Hebooooh!

“Surat berdarah ini aku sampaikan, kepada Si Nganu….” Alamaaaak, serasa sedang mengulang Orasi di atas mobil komando FPI di depan Istana Negara saja, 2019.

Kelas menulis diakhiri dengan sholawatan Nabi. Tanpa sadar merembes airmataku menyimak santri sholawatan. Ada yang merasuki jauh ke kisi-kisi kalbuku; nyeeeep!

Bada Isya, aku ditempatkan di sebuah kamar ujung lantai dua. Sepanjang malam itu, setelah dua minggu tak bisa tidur nyenyak karena diganggu serangan batuk parah; aku pun tidur nyenyak sekali!

Batuk telah lenyap, terbawa angin malam yang sejuk kawasan Cinere. Ada saksinya teman sekamar, Ustadah Wiwi asli Cilaku, Cianjur. Ïya, Manini tidur nyenyak sekali tadi malam,” katanya seraya menatap wajahku yang pasti cerah, sumringah. Hehe.

Ketika sholat berjamaah Subuh, kurasakan dadaku memang lega sekali. Berkali-kali bibirku menggumamkan asma Allah. Sujud syukur dengan keajaiaban luar biasa ini. Kuanggap tetap sebagai keajaiban luar biasa. Karena musim Pandemi, sampai sempat mengra telah terpapar kembali. Naudzubillahimin dzalik.

Kusampaikan berita tanpa batuk ini kepada Umi Ismy; “Semalam saya tidur nyenyak sekali, Umi, setelah dua pekan selalu terserang batuk,” ujarku serius.

“Alhamdulillah….”

“Umi, saya sempat bilang kepada Butet. Misalkan, Mama ketika sujud di Musholah Cinere, diipanggil-Nya, ya Nak. Biarkan saja Mama dipulasara oleh mereka. Butet jangan ikutan heboh, ya. Serahkan, ikhlaskan saja mereka yang memulasara Mama….”

Kulihat Butet terperangah hebat mendengar pesanku. Seperti wajah Umi Isty yang juga terperangah hebat, menatapku lekat-lekat.

Mahad Askar Kauny Cinere, 20 Februari 2022





Pipiet Senja 

Anno, 2022

Lakon Manini memang sering ajaib, begitu komentar sahabatku di Negeri Beton. Benar sekali, harus diakui demikian. Tak bisa kusangkal ada banyak keajaiban terjadi sepanjang sejarah hidupku.

Fakta!

Coba jika kurinci sekilas saja. Mulai dari vonis dokter yang bilang; umur nih anak paling beberapa bulan lagi. Fakta hingga 68 tahun masih bertahan, berjuang sambil menikmati keseharian bersama anak cucu.

Mustahil bisa melahirkan normal dengan ukuran limpa S7 begitu. Fakta, melahirkan normal dua anak yang sehat-sehat, tanpa gen thallasemia.

Dinyatakan in-coma selama 5 hari saat diangkat limpa plus kandung empedu. Fakta, sukses pulang dengan jalan kaki dari ruang perawatan menuju parkiran RSCM. Sebulan kemudian sudak berkelana ke beberapa negara tetangga. Menyebar virus menulis.

Mustahil bisa lolos dari HCU Wisma Atlet, terpapar Covid-19 dengan komorbid segambrengan begitu. Fakta, boleh pulang setelah dikarantina12 hari dengan kondisi sehat, kuat dan semangat tinggi untuk berkarya, mengabdi, berbakti kembali. Bagimu negeri, Indonesia; Allahu Akbar!

Banyak lagi, bisa berbuku-buku jika dituliskan, Sodara!

Sekitar sebulan yang lalu, jalanku terpincang-pincang nyeri dan ngilu lutut kiri, ketika singgah ke Mahad Askar Kauny Cinere. Sholat tidak bisa tumaninah, tidak bisa duduk di antara sujud dengan baik dan benar.

Ceritanya, agendaku kelas menulis dengan target menerbitkan buku karya bersama santri Mahad Askar Kauny Cinere.

Nah, begitu ikut berjamaah sholat Ashar di Musholah,  bangunan yang diresmikan pada 2017 itu, tanpa kusadari kakiku bisa kulipat dan duduk dengan tumaninah. Begitu berkali-kali dalam tempo cukup lama. Ya, kakiku sembuh, bisa duduk dengan baik dan benar tanpa rasa nyeri dan ngilul lagi. Allahu Akbar!

Karena batuk parah, terpaksa stop dulu tidak melanjutkan program kelas menulis untuk santri Mahad Askar Kauny. Namun, seminggu kemudian aku memutuskan kembali ke Cinere. Butet sempat menyatakan keberatan. Meskipun hasil tes swab negatif, dia bilang: ”Kondisi Mama rentan. Sekarang yang terkena Omicron itu Lansia dan Balita.”

Ketika dia dan anakya pergi, maka  segera aku pun berkemas. “Teteh ke Mahad Cinere dulu,ya Maeci,” kataku kepada adikku yang sibuk membersihkan rumah.

“Iya, hati-hati di jalan, ya Teteh,” ujarnya seraya mengantarku, membawakan buku-buku untuk  Askar Kauny ke dalam mobil online.

Bada Ashar selama dua jam, nenek-nenek kini dengan semangat menggelar kelas menulis. Sudah memasuki tahap praktek menulis, kemudian hasilnya dibacakan sendiri di depan teman-temannya.

Mulai kurasakan keajaiban itu. Suaraku sama sekali tidak serak, bahkan lantang apalagi saat mempraktekan contoh Orasi. Serius, suaraku lantang saja sepanjang kelas menulis itu. Alhamdulillah.

Anak-anak santri tampak sukacita, apalagi saat melihat Manini Orasi. Hebooooh!

“Surat berdarah ini aku sampaikan, kepada Si Nganu….” Alamaaaak, serasa sedang mengulang Orasi di atas mobil komando FPI di depan Istana Negara saja, 2019.

Kelas menulis diakhiri dengan sholawatan Nabi. Tanpa sadar merembes airmataku menyimak santri sholawatan. Ada yang merasuki jauh ke kisi-kisi kalbuku; nyeeeep!

Bada Isya, aku ditempatkan di sebuah kamar ujung lantai dua. Sepanjang malam itu, setelah dua minggu tak bisa tidur nyenyak karena diganggu serangan batuk parah; aku pun tidur nyenyak sekali!

Batuk telah lenyap, terbawa angin malam yang sejuk kawasan Cinere. Ada saksinya teman sekamar, Ustadah Wiwi asli Cilaku, Cianjur. Ïya, Manini tidur nyenyak sekali tadi malam,” katanya seraya menatap wajahku yang pasti cerah, sumringah. Hehe.

Ketika sholat berjamaah Subuh, kurasakan dadaku memang lega sekali. Berkali-kali bibirku menggumamkan asma Allah. Sujud syukur dengan keajaiaban luar biasa ini. Kuanggap tetap sebagai keajaiban luar biasa. Karena musim Pandemi, sampai sempat mengra telah terpapar kembali. Naudzubillahimin dzalik.

Kusampaikan berita tanpa batuk ini kepada Umi Ismy; “Semalam saya tidur nyenyak sekali, Umi, setelah dua pekan selalu terserang batuk,” ujarku serius.

“Alhamdulillah….”

“Umi, saya sempat bilang kepada Butet. Misalkan, Mama ketika sujud di Musholah Cinere, diipanggil-Nya, ya Nak. Biarkan saja Mama dipulasara oleh mereka. Butet jangan ikutan heboh, ya. Serahkan, ikhlaskan saja mereka yang memulasara Mama….”

Kulihat Butet terperangah hebat mendengar pesanku. Seperti wajah Umi Isty yang juga terperangah hebat, menatapku lekat-lekat.

Mahad Askar Kauny Cinere, 20 Februari 2022


0 Komentar

Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama