Selamat Malam Seribu Bulan, Wahai Anakku

 



Pipiet Senja 

Ingin kulihat sayap-sayap bidadari

Berkelebat sepanjang petang 

Hingga dinihari 

Namun yang tampak adalah bunga-bunga api

Sekejap menyerpih memerah darah 

: Pertanda gerangan apakah itu?

Ingin kulihat sayap-sayap malaikat

Mengubah kelam malam

Menjadi hijau  pekat

Namun yang kulihat

Adalah burung hantu

Menggukguk

tak tentu

: Pertanda gerangan apakah itu?

Seketika langit gonjang-ganjing

Bumi bergetar

Petir menggelegar

Semesta bersimpuh Mengharap lailatur qadar

Lihatlah!

Malam seribu bulan telah membelah

Lautan dosa dan nista

Kita menunduk kelu

Ingin meraih anugerah

Ilahi Robb

Hanya kepada-Mu jua

Kita mendedah asa

Agar dijauhkan dari petaka dunia

Ingin kulihat cahaya benderang

Menyepuh langit Nusantaraku

Pada malam seribu bulan kali ini,

wahai anakku

Namun gumamku mulai kelu

Ditikam para pengkhianat bangsa

Mereka semakin merajalela

Menjajah bangsa sendiri

Oh, wahai anakku

Jangan pernah menyerah

Bangkit dan teruskan perjuangan

Leluhur yang telah bertaruh nyawa

Demi mewariskan 

Kemerdekaan Indonesia 

Merdeka 

Allahu Akbar!

RSUI, Jelang Malam Seribu Bulan, 1446 Hijriyah

0 Komentar

Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama