Selamat Jalan Pejuang Kehiduan: Reza




Pipiet Senja 

Innalilahi wa inna ilaihi rojiun...

Setiap kali dapat kabar sesama Thaller mendahului, seketika jantungku berdeburan kencang. Airmata pun tak bisa ditahan, buncah sudah bagai segara pecah. 

Satu demi satu sahabat, saudara dan anak-anak Thaller yang kukenal pergi. Sudah menjadi suratan takdir, kami terlahir dengan cacat genetik.

Bukan penyakit melainkan kelainan darah bawaan. Tidak akan sembuh. Seumur hidup akan tergantung dengan transfusi darah. Ya, tak ada obatnya. 

Tranfusi darah pun bukan obat. Hanya untuk menyambung waktu semata. Ada dampaknya jika keseringan transfusi. Zat besi menumpuk di mana-mana. Karena itu Thaller wajib konsumsi kelas besi.

Hari itu ya, kami sempat ngobrol macam-macam.

Ya Allah Naaaak... Rasanya baru kemarin. Sama transfusi di klinik biasanya.

Selamat jalan ya, Nak Reza. Kita sesama penyintas Thallasemia.

Telah berjuang semampu kita. Sejak awal

kelahiran hingga detak jantung berhenti.

Apa daya, segala ikhtiar telah  dilakukan. Tetes demi tetes darah masih memerah.

Namun, hasil akhir di tangan Sang Pencipta jua.

Engkau pergi masih sangat muda. Ya, engkau telah mendahului Manini.

Allah Swt lebih menyayangimu agaknya.

Insya Allah taman Jannah untukmu, Nak Reza. Asal dari Allah Swt kembali kepada-Nya. Semoga kita jumpa kembali di kampung akhirat.

Al Fatihah.

0 Komentar

Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama